Keseharian Hidup Masyarakat Madura

Buruh tani sedang mengolah tanah garam di Pinggir papas

Di sektor lain, Madura sebagai daerah agraris juga dikenal sebagai peternak sapi karena merupakan “teman” bagi petani Madura dalam mengolah tanah. Menurut catatan kantor Peternakan Madura, tahun 1903 terdapat 42 pasar ternak dengan daya tampung ternak rata-rata antara 300 s.d. 400 ekor.

Penjualan sapi ke luar Madura harus mendapat izin yang ditandai dengan surat yang dinamakan surat kandang. Dalam perdagangan ternak sapi, telah dibudayakan dagang sambilan atau dhâghâng panggher, yaitu kebiasaan membeli anak sapi dan setelah beberapa bulan dijual lagi. Setelah membeli, anak sapi tidak dipelihara sendiri, tetapi orang lain yang manggher. Setelah dijual hasilnya akan dibagi dua (paron bhâthe).

Orang yang manggher disebut tokang ngowan. Dengan demikian, tokang ngowan adalah mitra dari dhâghâng panggher. Apabila sapi atau anak sapi tersebut dipelihara oleh tokang ngowan sampai mempunyai anak lagi, hasil tokang ngowan separuh dari nilai anak sapi tersebut, dalam budaya Madura dinamakan paron budu’. Apabila sapi yang dipelihara tidak beranak, keuntungan tokang ngowan merupakan sebagian dari keuntungan saat harga sapi tersebut dibeli.

Cara ini dinamakan bâghi bhâthè. Masih ada lagi jabatan-jabatan dalam dagang sapi, yaitu tokang ngèbhir seseorang yang menghubungi pemilik sapi yang menghubungi yang akan dijual, setelah terjadi putus harga.

Orang tersebut memberi uang panjar dan membawa sapi tersebut ke pasar lalu dijual kepada tokang ngobhing. Setelah sapi dibeli oleh tokang ngobhing, tokang ngèbhir melunasi pembayaran harga sapi kepada pemilik sapi.

Itulah cara-cara dalam jual-beli sapi yang telah dibudidayakan di Madura. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir ini Madura telah mengembangkan pemeliharaan sapi Limosin (sapi luar Madura, asal rekayasa Australia) yang dikenal untuk sapi pedaging.

Sebagai pulau terbesar, Madura memiliki daerah pantai yang banyak terdapat desa atau perkampungan nelayan, yang tidak hanya sebagai tempat pemusatan nelayan, tetapi juga berfungsi sebagai pelabuhan antarpulau. Di sinilah tempat menurunkan barang-barang yang di datangkan dari luar, seperti beras. Selain itu, menaikkan barang-barang dari Madura yang akan dikirim ke luar Madura seperti garam.

Nelayan Madura merupakan nelayan yang terampil demikian pula para pedagang antarpulau merupakan pelaut yang ulung. Pada tahun 1952 Madura pernah memiliki armada perahu nelayan lebih besar dari perahu-perahu di wilayah Jawa Timur yang disatukan. Saat itu, Madura memiliki perahu sejumlah 8.250, sedangkan Jawa Timur hanya memiliki sejumlah 6.822 buah perahu. Perahu perahu Madura, baik perahu nelayan maupun perahu dagang semuanya di buat di Madura.

Pusat pembuatan perahu perahu tersebut terdapat di daerah pantai Bangkalan, seperti di Tanjungbumi (galangan kapal atau perahu terdapat di daerah Ujung Piring) dan Kabupaten Sumenep. Sebagian kecil saja yang dibuat di daerah Sampang seperti di daerah pantai Banyuates (ada semacam galangan untuk perbaikan perahu, baik perahu nelayan maupun perahu dagang). emikia juga di daerah Pamekasan, banyak dijumpai di daerah Branta.

Mengenai pembuatan perahu, pengrajin Madura tidak mengenal ukuran-ukuran geometrik yang jelimet dan tidak ada gambar rancang bangun dipersiapkan karena hanya berdasarkan naluri keterampilan yang bekerja.

Dari jenis yang paling kecil hingga perahu ukuran 200 ton di garapnya dengan malurinya tersebut. Saat ini, perahu nelayan Madura sudah banyak menggunakan motor, dari ukuran terkecil hingga ukuran 200 PK.

Sebagai pelaut ulung, para pelaut Madura telah membuktikan bahwa mereka pernah merajai laut Jawa. Namun, pemerintah kolonial baik VOC maupun Hindia Belanda mengkambinghitamkan mereka sebagai bajak laut atau perompak. Hal ini sebagai alasan untuk dapat menang kapi mereka dan akhirnya dihadapkan pada dua pilihan, yaitu dipenjara atau sebagai orang bebas yang harus bekerja di perkebunan-perkebunan atau persil milik orang Belanda.

Leluhur orang Madura memang sebagian besar merupakan pelaut yang tangguh. Bahkan, untuk mengenang hal itu, mereka yang sudah menetap di pedalaman sebagai petani mereka menghiasi atap rumah mereka dengan motif perahu (haluan dan buritan perahu), yang sebagian orang mengira bentuk jengger ayam, tanduk, dan ada yang mengatakan bulan sabit. Namun, beberapa rumah menggunakan motif tombak yang menurut penjelasan orang tua-tua pada masa dahulu, setiap prajurit disebut panombhák dan rumah dari ajhek panombhák. Kepala prajurit diberi tanda tombak di bagian ujung atas.

Orang Madura memang harus bersyukur karena laut yang mengelilingi pulaunya merupakan laut yang kaya dan sumber penghasilan orang Madura makin meningkat dari hari ke hari. Air laut Madura di bagian pantai selatan dapat memberi penghasilan lain selain ikan, yaitu garam dan rumput laut. Tahun 1940-an, pada masa kecil penulis, anak Madura dengan bangga menembangkan tembang tentang garam. Berikut syairnya.

Madura kecil tetapi ternama
Hasilnya tidak ada bandingnya
Ingatlah sahaja akan garamnya
Dikirim ke mana-mana
Lihatlah…..lihatlah
Di mana-mana ada
Lihatlah….. lihatlah
Garam dari Madura

Sebutan untuk Madura pun menjadi Pulau Garam. Namun, setelah Madura dikuasai Belanda, mereka melakukan tindakan yang mematikan industri garam rakyat. Pemerintah jajahan menguasai pembuatan garam briket dan garam meja. Rakyat masih diperkenankan membuat garam yang hasilnya dibeli oleh pemerintah jajahan untuk bahan baku pabrik, tetapi tahun 1937 pemerintah jajahan membeli tanah penggaraman rakyat. Rakyat yang masih sederhana pola pikirnya menerima yang diinginkan pemerintah jajahan, tetapi disadari bahwa rakyat kehilangan pekerjaan dan lahan pertaniannya. Inilah politik pemiskinan penjajah dan selanjutnya pemerintah menguasai pembuatan garam seluruhnya.

Setelah Madura menjadi bagian dari NKRI, pembuatan garam rakyat diperkenankan kembali. Saat ini, industri garam Madura sudah memiliki pesaing luar negeri seperti Australia dan Jepang. Para pengusaha tidak lagi bersimpati kepada industri garam dalam negeri dengan berbagai alasan, salah satunya karena tidak higienis. Mereka melihat keuntungan yang lebih besar jika dibandingkan dengan garam impor. Mungkinkah Madura yang dikenal sebagai pulau penghasil garam, kelak dikemudian hari mengkonsumsi garam impor? Celakanya, sudah ada yang mengekspor air laut Madura untuk pembuatan garam di Jepang.

Demikianlah berbagai budaya yang telah berlangsung di Madura. Semua telah memberi wujud berupa nilai-nilai budaya yang berdasarkan pada norma-norma pada umumnya dan merupakan budaya yang sudah terkait yang telah diperankan manusia di dalam masyarakat. Peranan manusia dalam kehidupannya membuktikan bahwa orang Madura memiliki budaya atau berbudaya apapun bentuknya dan akan berlanjut dari generasi ke generasi.

Terkecuali adanya perubahan sosial dalam masyarakat secara menyeluruh, seperti para petani Madura tidak lagi mengkonsumsi ubi dan jagung, tetapi sudah mengkonsumsi beras, atau masa lalu orang Madura yang mencukupi kebutuhan sandang dengan bertenun. Namun kemudian, adanya “mori” yang halus, lebih menarik dan menghentikan usaha tenun. Sejak itu, perubahan sosial bertambah dan budaya Madura juga ikut mengalami pergeseran.

Itulah selintas tentang budaya Madura yang di negeri ini dikenal sebagai budaya daerah atau budaya lokal. Kiranya budaya lokal mempunyai makna yang tidak hanya berguna kepada khalayaknya, tetapi juga berkaitan dengan lingkungan dan kesejahteraan manusia secara umum dan dinamakan muatan lokal atau mulok. Ungkapan yang tergolong sebagai pengungkapan norma-norma yang dikukuhkan sebagai budaya muatan lokal antara lain terlihat pada.

Tulisan bersambung:

  1. Selintas Madura dan Budaya Masyarakatnya
  2. Keseharian Hidup Masyarakat Madura

_______________________________________________

Disalin dari kata pembuka buku “Memahami Jati Diri, Budaya, dan Kearifan Lokal Madura” penulis A. Sulaiman Sadik, Penerbit Balai bahasa Provinsi Jawa Timur, 2014

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.