Kesenian di Madura: Erat dengan Konteks Historis dan Kebudayaan

Genre musik memiliki taksonominya tersendiri. Antara lain teater (antara lain wayang kulit, pertunjukan topeng, drama, dan loddrok), tembang atau mamaca, tayub atau tandha’ (merupakan nyanyian selang-seling yang ditarikan), lok-alok (merupakan bentuk deklamasi yang ditarikan), dhamong gardam dan ratep (merupakan ritus yang ditarikan), tari-tarian, seni tarung (antara lain ojhung dan penca’ silat), seni Islam (antara lain diba’, samrah/qasidah, hadrah, gambus), dan seni lainnya (antara lain dangdut [O.M atau orkes melayu]).

III

dhalimana èpancara, Wara (buah delima merekah, Wara)
ngarantong buwana billa, manes (tergantung buah maja, manis)
baramma bula sè mencara (apa jadinya kalau kita berpisah)
macaltong atèna bulla (hatiku hancur berantakan)

Sebagai sebuah bentuk kesenian, sebagaimana kesenian lainnya di dunia, tidak dapat berdiri sendiri. Kesenian di Madura terkait erat dengan konteks ruang pelaksanaan di mana kesenian tersebut dimainkan, waktu pelaksanaan, dan latar belakang penanggap. Berbagai kesenian dimainkan sesuai dengan lokasi dimainkan maupun tujuan acara dilaksanakan. Konteks yang lain dapat pula dilihat dari peminat, seniman, maupun perajin kesenian, dan konteks sosial ekonomi yang melingkupinya. Sangat sulit untuk menjelaskan detail-detail terkecil dari kesenian yang digambarkan dengan sangat baik oleh Bouvier.

Meskipun hampir semua kesenian dapat berlangsung di rumah, dalam hal ini orang yang menanggap kesenian, namun beberapa kesenian hanya dapat dilaksanakan di lapangan luas atau lebih tepatnya lingkungan alami, seperti ­lok-olok, ratep atau ojhung. Bebepa kesenian lainnya hanya dilaksanakan di makam keramat, seperti pertunjukan loddrok yang merupakan bagian dari rokat bhuju’ atau upacara ritual bagi makam keramat, di mana kesenian tersebut selalu dilaksanakan di hadapan sebuah meja yang penuh sesajen di depan tempat keramat. Kesenian lain muncul di ruang khusus, utamanya adalah kesenian yang bersifat resmi dan bertempat di tempat yang resmi, seperti pendopo keraton Sumenep atau gedung pertunjukan. Kesenian lainnya muncul berdasarkan daur ulang dalam kehidupan. Daur ulang tersebut terkait dengan dua hal pokok: daur berdasarkan kalender pertanian, dan daur kehidupan manusia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.