Sebagai sebuah bentuk yang mengambil kehidupan dari denyut nadi masyarakat, kesenian mengikuti perkembangan yang ada di masyarakat. Perkembangan tersebut tidak hanya dalam masalah teknologi saja, namun juga perubahan-perubahan, yang sifatnya pasang-surut. Ada masa ketika kesenian di Madura berkembang sangat pesat dan memperoleh pendapatan yang tidak sedikit, namun ada masa ketika mereka berada dalam musim paceklik. Terkait dengan hal ini, maka para pelaku kesenian pun membentuk sebuah mekanisme khusus yang dapat memberikan jalan keluar bagi masalah mereka, arisan misalnya. Adapula hubungan tawar-menawar antara pelaku seni dengan penanggap seni, terutama dengan kontrak dan bayaran yang akan mereka dapatkan.
Kesenian di Madura tentu saja mengalami perubahan, yang terkait erat dengan perubahan dan kecenderungan yang ada di masyarakat. Adanya media massa, seperti media elektronik, menyebabkan turbulensi dunia kesenian Madura bahkan lebih kencang lagi. Pilihan tidak lagi terbatas hanya pada seni tradisional, sebab media elektronik memberikan piliha yang jauh lebih luas. Barangkali saat ini, pukulan media bahkan lebih keras lagi ketimbang di saat penelitian ini dilaksanakan oleh Bouvier. Kesenian bahkan ikut terseret arus politik. Loddrok misalnya, lebih sering dimanipulasi sebagai alat kampanye publik oleh para elite politik. Hal-hal ini membawa pengaruh yang tidak sedikit terhadap keberadaan kesenian di Madura.
Bouvier menyebut hal ini dengan “kodrat ganda seni”. Sebab seni tidak pernah berdiri sendiri dan sepi dari kepentingan, maka seni selalu memiliki wajah ganda. Kesenian di Madura tidak pernah hanya untuk kepentingan hiburan semata, namun juga memiliki aspek sosial, gengsi yang dipertaruhkan, pesan-pesan moral dan agama yang hendak diteruskan, hingga pesan kampanye politik dan pembangunan. Kesenian di Madura, pada saat penelitian ini dilangsungkan, membawa multiperan tersebut dalam setiap langkah mereka.