Kesenian tradisional Sumenep belakangan dinilai kurang diminati kalangan remaja. Terutama kesenian yang berbasis alat musik dan tari-tarian tradisional khas Sumenep. Pernyataan itu disampaikan seniman Sumenep Syaf Anton Wr kemarin .
Menurut dia, kegemaran pemuda dalam berkesenian tradisional minim jika dibandingkan dengan minat remaja pada kesenian modern. Kalau kondisi tersebut tetap dibiarkan, dikhawatirkan kesenian tradisional Sumenep akan punah.
”Harus ada langkah kongkret untuk mengantisipasi punahnya kesenian tradisional Sumenep,” ucap Anton.
Anton menjelaskan, kesenian tradisional merupakan identitas diri yang harus dilestarikan. Karena itu, melestarikan kesenian tradisional bukan hanya tanggung jawab seniman, melainkan seluruh lapisan masyarakat. Terutama, lanjut dia, pihak pemerintah.
Menurut Anton, salah satu cara untuk memupuk kecintaan terhadap kesenian tradisional adalah melalui lembaga pendidikan. Dimana, kesenian tradisional menjadi bahan ajar bagi siswa. Dengan adanya peran penting lembaga pendidikan dalam mengarahkan kecintaan siswanya dalam berkesenian, maka kesenian tradisional tidak perlu dikhawatirkan akan punah. ”Tidak perlu khawatir punah,” ucapnya.
Sementara itu, Dinas Pendidikan (Disdik) Sumenep mengklaim sudah ikut serta dalam melestarikan kesenian daerah. Salah satunya melalui kegiatan ekstrakurikuler berupa sanggar di masing-masing sekolah. ”Sanggar itu tidak hanya fokus pada drama, tetapi juga ada seni musik tradisional dan tari,” terang Kepala Bidang (Kabid) Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Disdik Sumenep Misbahul Munir.
Munir menambahkan, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan instansi lain untuk memupuk kemampuan berkesenian siswa. Rencana tersebut dilakukan dengan harapan bisa memupuk kecintaan siswa terhadap kesenian tradisional. (pen/fei/rm)