Konsep pendidikan menurut beliau tak bisa lepas dari paradgima al-Qur’an. Apabila dipetakan, visi pendidikan yang dimaksud Kiai Mahfoudh Husaini tersebut akan merangkum 8 poin penting, yaitu perihal ‘ketaatan dan pengabdian’. Ketaatan dan kepatuhan merupakan prinsip pertama yang memiliki 4 poin. Empat poin tersebut adalah:
- Hubungan Horisontal, yakni bagaimana kita dapat membangun hubungan yang baik dengan sesama makhluk. Dalam bergaul dengan manusia, misalnya, kita harus bersifat hilm.
- Hubungan Vertikal: hubungan ini diwujudkan dalam bentuk ibadah kita kepada Allah. Misalnya dengan melaksanakan shalat fardu dan memperbanyak shalat malam.
- Baik hubungan hubungan horisontal maupun hubungan vertikal yang telah dilakoninya dengan tepat tidak membuatnya ‘terjebak dalam tipuan’. Artinya merasa telah beramal secara maksimal lalu kemudian melalaikan diri. Padahal semestinya ia selalu meragukan apakah ibadahnya bermakna atau tidak. Dengan selalu mempertanyakan kualitas ibadahnya ia akan semakin giat dan tekun karena merasa pengabdiannya belum maksimal.
- Mengambil jalan tengah dalam menafkahkan hartanya. Artinya bersifat dermawan tetapi tidak boros, dan dalam membelanjakan harta kita dianjurkan untuk bersikap positif dan ekonomis.
Empat poin lainnya adalah hal-hal yang menyangkut perihal ‘menjauhi kemaksiatan’. Empat poin tersebut adalah:
- Keteguhan hati untuk tidak melakukan tindakan angkara (maksiat). Poin ini dibagi lagi menjadi 3 butir yaitu: a) tidak menyekutukan Allah, b) tidak membunuh, dan c) tidak berzina.
- Tidak menyaksikan hal atau kegiatan yang melanggar aturan agama. Bila kebetulan ia melihat ada kemaksiatan ia akan berpaling.
- Ketika dibacakan ayat-ayat suci untuknya, ia akan memperhatikan dan menyimaknya secara benar-benar sekalipun ia sudah tahu bahkan memahaminya. Tindakan ini merupakan cermin dari sikapnya suka berfikir.
- Selalu memohon kepada Allah agar menjadi pimpinan bagi keluarga agar supaya mampu membina keluarga kita menjadi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya (muttaqīn).