Kiai Abdullah Sajjad, Ditembak Belanda Saat Sholat

Setelah diteliti ternyata benar bahwa sosok tubuh yang tergeletak tak bernyawa itu adalah Kiai Abdullah Sajjad. Mereka rnasih belum berani mengambil jasadnya karena dijaga ketat dan menunggu kesempatan yang aman. Dan kesempatan baru datang setelah hampir adzan Shubuh, akhirnya mereka memberanikan diri untuk mengambil jasad Kiai Abdullah Sajjad yang pada saat itu pengawasan dan tentara Belanda agak mulai mengendor.

Selanjutnya jasad beliau dibawa ke Sawajarin, atas saran KH. Mahfudz Husaini kemudian dibawa ke Latee. Suasana di Latee meskipun dalam suasana berkabung, namun tetap tenang seakan tidak terjadi sesuatu. Hal itu memang sengaja dilakukan dengan tujuan ingin mengelabuhi pihak tentara Belanda, dan agar mereka tidak curiga dan tak mengira bahwa jasad Kiai Abdullah Sajjad telah diambil. Keesokan harinya, tentara Belanda meninggalkan daerah Guluk-guluk dan bergerak ke arah timur, menuju Sumenep. Rupanya mereka khawatir akan adanya perlawanan dari pihak barisan SabiliIIah, santri dan masyarakat simpátisan.

Demikianlah akhir perjalanan “Kiai Latee” yang telah berhasil mengukirsejarah kepahlawanan yang begitu tinggi dan berarti. Nilai heroik-patriotik beliau patut dihargai dan sebagai modal peiuangan bagi para santrinya untuk senantiasa rela berkorban demi agarna, bangsa dan negara. Perjuangan bukan semata mengangkat senjata tapi lebih dan itu membangun negeri ini menjadi “Baldatun thuyyibatun wa robbun ghafur “. Kiai Abdullah Sajjad telah membuktikannya, dan beliau gugur sebagai Kusuma Bangsa. (Tadjul Arifin R/LontarMadura)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.