[junkie-alert style=”green”]
Bagi warga Sumenep, Madura, secara umum, nama Kiyai Baghdi mungkin masih terdengar asing. Namun tidak bagi warga Kampung Taposan, desa Lalangon Kecamatan Manding, sekaligus sebagian kalangan dari warga Sumenep yang suka laku tirakat ke makam orang-orang keramat.
Menurut H. Kurniadi, Kiyai Baghdi adalah sosok ulama yang menjauhkan diri dari keramaian dan kehidupan duniawi lainnya. Bahkan dalam cerita tutur, beliau bertapa di atas ilalang di tempat yang saat ini menjadi lokasi makamnya. [/junkie-alert]
“Kiyai Baghdi mulai terkenal setelah peristiwa pertemuan dengan Raja Sumenep, Panembahan Sumolo. Yakni dalam peristiwa yang menjadi cikal bakal sumber mata air di kampung Taposan,” tambah pengasuh PP Suryalaya Kolor ini.
Bahkan setelah itu menurut H Kurniadi, terjalin persahabatan antara Panembahan Sumolo dan Kiyai Baghdi. Juga diceritakan kalau Panembahan Sumolo selanjutnya berguru pada Kiyai Baghdi. “Setiap hari Kamis Panembahan Sumolo datang ke Taposan, pulang keesokan harinya untuk menunaikan shalat Jum’at di Masjid Jami’,” tambahnya.
Sebenarnya menurut Kurniadi, antara Kiyai Baghdi dan Panembahan Sumolo masih ada hubungan keluarga yang sangat dekat. Kiyai Bahdi dalam catata silsilah keluarga H Kurniadi ditulis sebagai putra Kiyai Hamid bin Kiyai Tamhid bin Kiyai Balanan bin Kiyai Khathib Jumhur bin Pangeran Katandur. Sedangkan dalam catatan keluarga keraton Sumenep, ibu Panembahan Sumolo, yakni Nyai Izzah adalah putri Kiyai Jalaluddin bin Kiyai Nengah bin Kiyai Khathib Pranggan bin Pangeran Katandur.
“Jadi masih satu leluhur, yakni sama-sama keturunan Pangeran Katandur, cucu Sunan Kudus,” tutup H Kurniadi.
saya temurun dari Keluarga Kudonatpodho & Pratamingkusumo…wass