Kegamangan Budaya
Lepas dari konteks persoalan-persoalan yang terjadi, persoalan kebudayaan Madura, adalah persoalan masyarakat Madura. Entah sejak kapan persoalan-persoalan ini dimulai. Yang jelas, tanda-tanda ini terjadi ketika pola pikir masyarakat mulai menemukan “bentuk baru” dalam memaknai kebudayan modern. Pikiran-pikiran modern yang demikian gercarnya menyusup dalam pemaknaan budaya, yang pada gilirannya mereka mampu menciptakan dunia baru yaitu “budaya baru” dengan pengertian sempit.
Ironisnya, kecenderungan ini cukup meluas dihampir seluruh segmen masyarakat, baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Akibatnya pemaknaan kebudayaan (budaya) dipandang sebagai kata benda; secara fisik. Misalnya, ketika membicarakan budaya daerah, – seni tradisional misalnya -, yang ada dan berkembang di masyarakat Madura, perhatiannya lebih tertuju pada bentuk-bentuk pertunjukan kesenian atau bentuk aktifitas masyarakat dalam sebuah prosesi pergelaran seni budaya. Perhatian ini tampaknya memang tidak salah, tetapi tidak lengkap tanpa dipahami substansi dari aktifitas tersebut. Substansi dari sebuah gerakan kesenian, misalnya, keinginan untuk mendapatkan “sesuatu” dari sebuah pertanyaan dan pernyataan diri tentang hakikat manusia hubungannya dengan manusia, hubungannya dengan alam dan hubungannya dengan Sang Pencipta.
Sandaran warga komunitas, terutama lapisan bawah dan paling bawah merupakan yang merupakan mayoritas masyarakat, merupakan dasar piramida tatanan masyarakat. Namun usaha memberdayakan lapisan dasar piramida masyarakat, rasanya akan mengalami persoalan bila mengabaikan unsur-unsur kebudayaan yang sangat beragam. Karena pada kebudayaan lokal terdapat unsur komunikasi, mobilisasi, partisipasi dan kontrol, budaya lokal juga berhubungan langsung dengan kemungkinan-kemungkinan untuk merebut kembali hak tuan atas nasib sendiri dan daerah sebagai suatu ruang lingkup kehidupan bersama.
Mari Bersama-sama Melestarikan Nilai & Budaya Madura..
Tim NyapsaB.org [Pelestarian Nilai & Budaya Madura]