Pada tahun 1891, berdasarkan Beslit no. 2/c, tanggal 22 Agustus 1885 yang ditandatangani oleh Raja Belanda, maka Belanda menganggap keraton Bangkalan bouwvallig (tidak dapat didiami karena rusak). Pada tahun 1891 rumah keraton Bangkalan dirusak dan diganti dengan rumah kabupaten biasa. Anggapan Bouwvallig sebenarnya hanya alasan dari pemerintahan Belanda yang sebenarnya berniat untuk menghapuskan segala bukti yang dapat memperingatkan rakyat akan kebesaran dan keagungan leluhurnya. Hal ini menjadikan Belanda juga tidak luput menghancurkan sisa keraton di Sembilangan.
Pada saat itu keraton Sembilangan tinggal tersisa sisi keputren beberapa ruang saja dan sisi harta yantg masih agak utuh. Sisi harta (tempat penyimpanan harta keraton seperti senjata, pakaian kebesaran Raja, gamelan-gamelan, Al Qur’an, berbagai macam Hadist dan ilmu-ilmu bertuah, ilmu-ilmu kanuragan, ilmu-ilmu strategi perang, catatan-catatan tatanan perkeratonan, blue print kerajaan, dan sebagainya). Sisi harta inilah yang kehancurannya paling akhir, terjadi pada tahun 1891.
Menurut R. Mas Murtisari, istri dari R. P. Moh. Ra’is menantu dari R. Ario Adikusumo atau Guste Arjeh Alas. Berawal dari api yang datangnya dari arah selatan (penulis lupa mengenai hari dan tanggalnya walaupun saat itu juga diberitahukan). Pertama-tama membakar sisa keputren yang ada, yang pada saat itu didiami oleh “Mo’ad” (tidak jelas nama lengkapnya). Kemudian datang kembali api-api berikutnya yang langsung menyambar sisi atap dari sisi harta kraton. atap yang memang terbuat dari kayu tipis tersebut langsung terbakar, api menghabiskan bangunan tersebut dalam waktu singkat. Dua sisi sisa-sisa peninggalan keluhuran perjuangan para leluhur Madura menjadi arang dalam sekejap. Tidak ada yang tertolong kecuali hanya sedikit.
Gamelan Cakraningrat IV yang bernama “Se-Rese’ “ itu masih terselamatkan. Sebuah peti dan sedikit pusaka-pusaka keraton masih selamat, namun itu hanya berkisar seperdelapan dari jumlah harta keraton yang ada. Sungguh sangat luar biasa kejadian saat itu. Kekejaman Belanda tidak hanya terbatas pada manusianya saja, tetapi harta-harta yang akan menjadikan rasa kebanggaan bagi masyarakat Madura pun ikut pula dilenyapkan. Lenyap tak berbekas. Sehingga pada saat ini hanya tinggal sisa-sisa nya saja berupa dua buah Taman Sare, dan beberapa sumber air.
Judul asli: “Kehancuran Kraton Sembilangan” (http://silsilahsembilangan.blogspot.com
***
Tulisan bersambung:
Alkhamdulillah dapat info tentang garis keturunan saya, walau hanya sedikit.