Kuburan atau petilasan Arya Wiraraja ternyata jarang dikunjungi atau diziarahi oleh masyarakat. Meski sebagian masyarakat Lumajang mengenal nama tokoh ini, namun bukan menjadi utama dijadikan kuburan yang dikeramatkan. “Justru masyarakat sini ramai-ramai berziarah ke Asta Tinggi”, ungkap Ilul (29) salah seorang penduduk Desa Selok Besuki, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Lumajang yang berdekatan dengan Situs Biting.
Justru pada saat-saat tertentu atau menjelang bulan puasa banyak banyak berziarah ke makam kerabat keluarganya yang terletak di komplek kuburan Arya Wiraraja. “Memang ditempat ada nama makam Senopati Lumajang Tigang Juru dan Sayyid Abdurrahman. Tapi yang ziarah juga jarang”, tambahnya.
Pada saat Lontar Madura berkunjung ke lokasi situs, tepatnya di petilasan Arya Wiraraja, terdapat sejumlah anak sekolah dasar beramai-ramai ditemnpat itu. Mereka sengaja diajak gurunya untuk diperkenalkan tokoh-tokoh sejarah, antara lain Arya Wiraraja.
“Saya bawa anak-anak kesini, biar tahu siapa penghuni makam ini, karena terus terang di Lumajang ini jarang dikenalkan tokoh sejarah masa lalu, meski disini terdapat pusat pemerintah kerajaan besar Singosari”, ungkap M. Syaikhu, guru Madrasah Ibtidayah Negeri (MIN) 1 Selok Besoki, Kecamatan Sukodono Lumajang.
Mengajkar sekitar 30 muridnya itu, Syaikhu bercerita kepada anak asuhnya satu persatu kuburan mulau Arya Wiraraja dan lainnya. “Penduduk masyarakat ini kan mayoritas dari keluarga etnis Madura, jadi tokoh Madura seperti Arya Wiraraja saya jelaskan secara detik”. Ungkapnya.
Meski guru ini belum pernah datang ke Sumenep, apalagi melihat kemeriahan hari Jadi Sumenep, namun ia merasa ikut bangga karena di tanah leluhurnya banyak tokoh yang dijadikan tauladan rakyat. “Saya mengajak anak ke Sumenep, melihat langsung seperti apa kraton, asta tinggi dan lainnya, karena cerita cukup dikenal masyarakat sini”, ujar guru yang sehari-hari menggunakan bahasa Madura itu. (Lilik Rosida Irmawati)