Melihat kapal Destroyer Belanda mendekati pantai maka Laskar Rakyat menembakkan senapan mitraliur dari darat, dari posisi sebelah timur juga terdengar suara tembakan watermantel. Sedangkan regu penembak adalah Sudarmo, Sabidin, Malik dan kawan-kawan yang kesemuanya orang Kalianget. Senjata 12,7 yang diangkut dari Sumenep ke Kalinget, oleh Laskar Rakyat ditembakkan secara berpindah-pindah sebanyak delapan kali yang ditujukan kepada kapal Destroyer Belanda. Dengan demikian Belanda menyangka bahwa pihak Pejuang mempunyai senjata 12,7 sebanyak delapan unit, sehingga pihak Belanda tidak punya keberanian untuk mendaratkan kapalnya di pelabuhan Kalianget.
Dikala R. Moh. Saleh Parwiringtruno dijadikan Komandan Intelegent oleh Mayoor R. Abd. Madjid, banyak mengetahui tentang pertahanan di Kalianget. Waktu kapal Belanda mengadakan serangan, yang kemudian menuju ke pulau Gili Raja. Melihat kondisi tersebut maka para Pejuang merencanakan pembumi-hangusan Pabrik Garam Kalianget, dan setelah semua siap melaksanakan perintah untuk dibumi-hanguskan atau di “men” ternyata Kiyai Zainal keberatan : “Pabrik jangan dirusak, ingat nasib rakyat selanjutnya”. Letnan R. Abd. Latif dan Mayoor R. Abd. Madjid menyetujui keberatan Kiyai Zainal dengan demikian Pabrik Garam selamat. Waktu akan ditarik “men” nya oleh TRI, tali “sambugel” (ikatannya) disabot sehingga alatnya tidak jalan atau macet. (Tadjul Arifien R)