Di area pemakaman Asta Tinggi Sumenep sebuah makam tampak beda dengan makam-makam lainnya. Bukan karena kijingnya yang bagus, namun aksesoris di sekitar makam tersebut yang berupa pagar rantai besi dan sebuah bambu runcing merah putih yang berdiri tegak di sampingnya. Dari prasasti di makam itu dinyatakan bahwa yang dikubur di dalamnya gugur karena mempertahankan kedaulatan NKRI di pintu gerbang Madura Barat. Sosok yang dimaksud itu ialah Letnan R Mohammad Ramli.
Dalam beberapa literatur, biografi Letnan Ramli tidak banyak ditemukan. Tidak ada keterangan mengenai masa kecil hingga dirinya masuk dalam barisan tentara NKRI (BKR). Dalam buku-buku lokal sejarah Madura tidak pula ditemukan secara rinci asal-usul dan latar belakang keluarganya. Apalagi bagi masyarakat awam di Sumenep, mereka hanya mengenal nama letnan Ramli sebagai salah satu nama jalan di kelurahan Kepanjin kecamatan Kota Sumenep. Namun jika dilihat dari gelar di depan namanya ada huruf “R” yang merupakan singkatan dari kata Raden. Apalagi pusaranya yang ada di pemakaman keluarga Raja-raja Sumenep menunjukkan asal-usulnya secara tidak langsung.
Menurut salah satu keluarga keraton Sumenep, Fakhrurrazi, Letnan Ramli secara genealogis merupakan keturunan adipati Pamekasan yang bersusur galur ke keluarga Cakraningrat Bangkalan. Jalur ini didapat dari pihak ayahnya. Namun dari pihak ibu disebutkan berasal dari trah keraton Sumenep dinasti terakhir.
Namun bukan masalah asal-usulnya yang penting untuk diketahui, melainkan aksi heroiknya yang membawanya gugur sebagai kusuma bangsa. Letnan Ramli gugur dalam peristiwa kontak fisik di daerah Kamal Bangkalan, setahun setelah proklamasi kemerdekaan RI.
Tahun 1946, Letnan Ramli ditugaskan di Madura Barat (Bangkalan). Tepatnya beliau menduduki posisi sebagai komandan Seksi I Kompi IV Batalyon III Resimen V Madura Barat. Tugasnya untuk mempertahankan pantai Kamal, Pier timur dan Jungrate dari rongrongan pasukan Belanda yang tidak mau menerima kedaulatan NKRI.