Persoalan budaya daerah, khususnya budaya daerah di wilayah Madura, ditengarai mengalami kemunduran apresiasi dari masyarakatnya sendiri, termasuk dikalangan generasi muda.
Padahal menurut Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Kebudayaan Kabupaten Pamekasan, Drs. Ec.A.M. Yulianto, MM, bahwa memahami lintasan budaya dan peradaban manusia merupakan sesuatu yang sangat penting, khususnya bagai generasi yang akan datang, agar tidak mengalami ketercerabutan budaya di tengah derasnya arus budaya global.
Hal ini disampaikan Yulianto pada acara pada Lokakarya Pengembangan Seni Budaya Daerah, di Pendopo Ronggosukowati Pamekasan, 26 Maret 2014.
Lokakarya dengan tema: Revitalisasi dan Reorientasi Pengembangan Seni Budaya Daerah untuk Mewujudkan Pemakasan yang Berdaya dan Berbudaya, diikuti sejumlah pelaku, aktifitas seni dan seniman budayawan Pamekasan, dengan pembicara selain tokoh budaya Pamekasan, Kadarisman Sastrodiwirjo, juga sengaja dihadirkan para sastrawan Indonesia, Agus R. Sarjono, Jamal D. Rahman, Joni Ariadinata dan Mahwi Air Tawar.
Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Daerah, DR. Alwi M.Hum, menyatakan Pamekasan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Madura. “Jika budaya Madura tereliminasi dari kehidupan masyarakat Madura dalam pedaban modern ini, maka dengan sendirinya seluruh etnik Madura akan mengalami nasib yang sama.
Karena itu, tekannya, revitalisasi dan reorientasi budaya daerah sebagai bagian budaya abangsa perlu untuk kita rumuskan dan suarakan kepada seluruh lapisan masyarakat melalui berbagai peristiwa seperti lokakarya sekarang ini.
Lokakarya yang dipandu oleh Mahwi Air Tawar, menampilkan pembicara diawali oleh Cerpenis Joni Ariadinata yang menggambarkan beberapa pengalaman pribadinya keliling Indonesia dan beberapa negara yang sempat ia kunjungi, dengan mengambil keunikan wilayah masing-masing peristiwa kebudayaan.
Sedang sastrawan Agus R Sarjono memberikan gambaran fenomena yang berkembang, dengan judul makalah: Teknologi Tinggi dan Pergaulan Internasional Sastra Kita. Sedang Jamal D Rahman, sastrawan kelahiran Sumenep ini mengupas sekitar keislamam, kemaduraan, keindonesiaan Tatapan dari Kacamata Kesenian.
Sedang Kadarisman Sastrodiwirjo, yang akrab dipanggil Dadang itu, mengungkap persoalan budaya Madura dengan topik dan tema lokakarya yaitu Pengembangan Budaya Madura Untuk Mewujudkan Pamekasan yang Berdaya dan Berbudaya.
Kecuali Dadang, makalah ketiga penyaji lainnya terkumpul dalam buku berdulul Lancor, serta pada saat yang swama diluncurkan dua buku kumpulan puisi berbahasa Madura, kaya Yayan KS, penerbit Balai Bahasa Jawa Timur (LM)