Kekuatan obyek dan daya tarik tersebut dapat mendorong terjadinya kegiatan kepariwisataan, bahkan dianggap sebagai energi pariwisata (tourism energy), sekaligus pemicu dan pemacu utama minat kunjungan wisatawan, baik wisatawan mancanegara atau wisatawan nusantara, seperti pesantren dengan tradisi santri-santrinya, Kerapan Sapi, Pantai Lombang/Slopeng/Camplong, tempat-tempat ziarah (Syaikhona Kholil, Asta Tinggi, Asta Yusuf, dll), Gua (Payudan dan Koneng), kesenian (Lodruk, Hadrah, dll), dan sebagainya. Modal pariwisata Madura yang seperti inilah perlu kiranya terus dikembangkan dan dikelola secara professional, selain juga tersedianya akomodasi dan fasilitas-fasilitas penunjang bagi wisatawan yang berkunjung.
Melihat segala potensi yang ada di pulau Madura, sudah tidak hayal lagi apabila saat ini Madura perlu dideklarasikan sebagai Daerah Tujuan Wisata (tourist destination), selain karena daya tarik wisatanya yang unik, khas, dan asli yang jarang ditemukan di daerah-daerah lain, juga didukung oleh rampungnya jembatan SURAMADU yang panjangnya sekitar 5.438 km. Jembatan terpanjang se-asia tenggara ini, selain menjadi obyek dan daya tarik wisata tersendiri bagi wisatawan, juga kemudahan aksesibilitas bagi kunjungan wisatawan, yang akan menjadikan Madura ke depan banyak dikunjungi wisatawan.
Aksesibilitas dalam konteks Daerah Tujuan Wisata (DTW) merupakan syarat yang terpenting sekali untuk objek wisata , bahkan sebagai prasyarat bagi keberlangsungan proses pariwisata. Peningkatan aksesibilitas berarti mempersingkat waktu dan dapat mengakibatkan jarak yang jauh seolah-olah lebih dekat.
Artikel bersambung: