Dalam perkembangannya, pertumbuhan ekonomi dan perubahan karakteristik psikografi dan demografis wisatawan di negara-negara asal menciptakan kelompok pasar dengan penghasilan tinggi dan harapan yang berbeda dalam melakukan perjalanan wisata. Apalagi perubahan ini didukung oleh atmosfir globalisasi yang sudah tidak bisa dibendung lagi, bahkan telah membawa perubahan pada hampir semua sektor, termasuk sektor pariwisata. Perubahan yang sangat menjolok dalam dunia pariwisata, yakni pertama, kecenderungan adanya standardisasi dalam pengembangan produk dan pemasaran, dan yang kedua adalah kecenderungan demassifikasi atau fragmentasi pasar .
Pandangan ini menyiratkan adanya perubahan penting dalam dunia kepariwisataan dewasa ini, yakni terjadinya pergeseran orientasi dan preferensi pasar pada pemilihan produk wisata, dari orientasi produk wisata yang konvensional (berorientasi pada destinasi dan bentuk wisata rekreasional – pleasure/escaping), ke orientasi produk khusus dan spesifik yang lebih menekankan unsur pengalaman (experience), keunikan dan kualitas (quality travel), yang lebih dikenal dengan istilah wisata minat khusus (special interest tourism).
Dalam pergeseran orientasi pasar tersebut, wisatawan baru memiliki keinginan untuk dapat melakukan dan mengatur rencana perjalanannya sendiri, memperkaya kombinasi pengalaman dan aktifitas daripada hanya sekedar mengunjungi sebuah destinasi tertentu . Selain itu, perjalanan yang dilakukan tidak lagi hanya sekedar berada di lokasi tujuan wisata tetapi menginginkan untuk berinteraksi, berpartisipasi dan belajar dari apa yang dilihat di lokasi yang dikunjungi tersebut (Pearce, 1988) .
Kemudian ditambahkan oleh Weiler dan Hall (1992) bahwa wisatawan dengan minat khusus pada umumnya memiliki latar belakang intelektual yang lebih baik, memiliki pemahaman dan kepekaan yang lebih terhadap etika, moralitas dan nilai-nilai tertentu. Wisatawan jenis ini melihat bahwa perjalanan wisata seharusnya merupakan perjalanan yang aktif, pencarian pengalaman dalam rangka pengembangan diri dan bukan lagi sebagai kegiatan liburan biasa (Weiler dan Hall, 1992).