Melihat fenomena pergeseran pasar wisatawan ini sekaligus menangkap peluang ke depannya, Madura dengan segala keanekaragaman obyek dan daya tarik wisatanya, yang identik dengan Islam , ditambah dengan kondisi sosial budaya masyarakatnya yang agamis dengan didukung oleh berdirinya pesantren-pesantren di berbagai pelosok, merupakan aset besar yang perlu dikelola dan dikembangkan secara islami dalam bingkai program-program kepariwisataan.
Kondisi Madura yang seperti ini berpotensi untuk dijadikan sebagai Etalase Islamic Tourism, bahkan berpeluang menjadi sebuah diversifikasi Daerah Tujuan Wisata (tourist destination) yang jarang sekali wisatawan temukan di berbagai daerah di Indonesia. Hal ini tentunya akan menjadi daya tarik tersendiri untuk wisatawan berkunjung, disamping Madura dapat menawarkan suasana baru dan memberikan kesan tersendiri di mata wisatawan.
Islamic Tourism dalam konteks ke-Madura-an sangatlah berperan sekali di dalam mengembangkan semangat, rasa dan kesadaran keberagamaan (religousness) manusia (masyarakat dan wisatawan), bahkan mampu memberikan pemaknaan atas pariwisata sehingga tidak dipandang untuk mencari kesenangan dan kepuasaan jasmaniah semata, tetapi juga kesenangan dan kepuasan rohaniah (spiritual) yang menekankan pada ke-ESA-an Tuhan, misalnya berwisata ke pantai untuk menikmati ciptaan Tuhan (tidak lagi untuk berfoya-foya, seks, dan lain-lain) atau berwisata ziarah untuk mengingat Tuhan dan kematian.
al ini penting untuk memposisikan pariwisata yang sebenarnya di tengah masyarakat Madura yang religius, biar interpretasi atas pariwisata tidak selalu bermuara kepada sesuatu yang menyimpang dari norma-norma agama dan haruslah disingkirkan, seperti pariwisata yang menganut ideologi kapitalis, yang dikenal dengan 4s, yakni sea, sun, sand, and sex (laut, matahari, pasir pantai, dan seks)