Disamping itu juga, pengimplementasian Islamic Tourism ala Madura haruslah didukung oleh tradisi masyarakat Madura yang agamis, seperti sarungan dengan peci hitam/putih sebagai identitas masyarakat Madura, bahkan juga pemasangan simbol-simbol keagamaan di tempat-tempat strategis dengan desain yang menarik dan unik, seperti lafadz lailaha illallah, astaghfirullah, dan lain sebagainya.
Nuansa dan kondisi yang seperti ini akan berdampak pada penyadaran keagamaan wisatawan dan masyarakat Madura, selain akan memberikan kesan tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung. Salah satu contoh apa yang terjadi di Bali, dimana ajaran-ajaran agama Hindu dielaborasi dengan budaya Bali sebagai identitas mereka, dan diperkenalkan kepada wisatawan sebagai syiar ajaran agama, bahkan tidak luput juga tarian-tarian Bali dan Pura-Pura sebagai simbol agama Hindu mudah ditemukan diberbagai sudut, yang sekaligus menjadi ciri khas pariwsata Bali.
Dalam hal ini, Madura perlu kiranya mencontoh Bali atau dijadikan Bali ke dua dengan julukannya “Paradise Island” yang mampu mengangkat nilai-nilai keagamaan dalam bingkai kepariwsataan.
Islamic Tourism ala Madura merupakan pilihan yang tepat untuk arah pengembangan pariwisata Madura, meskipun pengembangannya akan mengalami berbagai kendala, termasuk salah satunya jumlah kunjungan wisatawan. Namun, hal yang demikian jangan menjadi sebuah paranoid bagi pemerintah daerah untuk terus melakukan promosi sebagai wujud komitmen pemerintah dalam pengembangan pariwisata Madura yang islami sekaligus sebagai wahana silaturrahmi dan saling mengenal antara satu dengan yang lainnya (to know each other), dengan tujuan merawat nilai-nilai khazanah agar tidak tercerabut dari hadirnya pariwsata yang bernuansakan kapitalis.