Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar dan memiliki kemajemukan beragam, baik itu adat istiadat, budaya, maupun bahasa. Salah satu keanekaragaman bahasa yang dimiliki, adalah bahasa daerah yang tetap dipelihara oleh para penuturnya, seperti bahasa Jawa, Sunda ataupun Madura. Sebagai bagian dari hasil kebudayaan, bahasa daerah dihormati dan dipelihara oleh negara supaya tetap hidup, dibina, dikembangkan, dan dilestarikan agar tidak punah. Salah satu penyebab kepunahan bahasa daerah adalah jumlah penutur bahasa daerah yang tidak lagi menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa sehari-hari, tetapi menggunakan bahasan Indonesia sebagai alat komunikasi.
Berkaitan dengan masalah penurunan jumlah penutur bahasa Madura, maka diperlukan langkah-langkah strategis agar jumlah penutur bahasa Madura tidak semakin mengecil. Hal ini disebabkan karena bahasa Madura menempati urutan ketiga dari 13 bahasa daerah yang memiliki jutaan penutur. Dalam kancah nasional maupun international bahasa Madura cukup dikenal karena warga dari suku Madura telah menjadi bagian dari warga dunia. Dengan memiliki jumlah penutur yang cukup signifikan, yaitu lebih dari 6.000.000 (enam juta) jiwa. Maka amatlah disayangkan apabila bahasa Madura semakin lama semakin mengecil jumlah penuturnya, akibat faktor internal maupun eksternal yang terus menerus menggerus dan menggerogoti, dan kelak berakibat punahnya bahasa Madura dari peredaran.
Seputar permasalahan bahasa Madura, berikut bincang-bincang reporter El Iemawati (Lontar Madura) dengan Drs. Amir Mahmud, M. Pd. Kepala balai Bahasa Propinsi Jawa Timur, di Buduran Sidoarjo, Jum’at 10/3/2006.
Era modernisasi khususnya globalisasi budaya mempunyai dampak pada melemahnya posisi budaya lokal dan berimbas pada penutur bahasa ibu. Kecenderungan ini sangat kuat mempengaruhi etnik Madura. Menurut Bapak fenomena apa yang menyebabkan hal ini terjadi ?