Bahasa Ibu saat ini cenderung ditinggalkan oleh para penuturnya, khususnya kalangan generasi muda. Hal ini terjadi akibat dari keberhasilan pembinaan bahasa Indonesia. Dari tahun ke tahun jumlah penurut bahasa Indonesia bertambah, berdasarkan data statistik tahun 1980 jumlah penutur BI berjumlah 17.505.303 orang, dan bertambah menjadi 24.042.010 orang pada tahun 1990. dan pada tahun 2000 lebih dari 60 juta orang. 60 % dari jumlah penutur tersebut adalah generasi muda. Pada era 70 dan 80-an, orang berbicara bahasa Indonesia dianggap kurang sopan, tetapi mulai tahun 90-an berbicara menggunakan bahasa daerah (Madura) malah malu. Lebih bergengsi apabila menggunakan bahasa Indonesia.
Berarti ada berbagai faktor penyebab menurunnya penutur bahasa Madura ?
Faktor yang pertama, saya istilah-kan “kebocoran” perilaku berbahasa orang tua. Kebocoran ini terjadi pada generasi tua terhadap generasi muda dalam lingkup keluarga. Kecenderungan orang tua berbahasa Indonesia disebabkan adanya sebuah anggapan lebih bergengsi dan intelek. Kedua, yaitu adanya perpindahan tempat tinggal dan perkawinan antar suku antara Madura-Jawa, Madura-Dayak atau dengan suku lainnya. Nah tentunya komunikasi yang mereka lakukan dalam pergaulan sehari-hari memakai bahasa Indonesia, untuk menjembatani mis-komunikasi bahasa. Yang ketiga adalah keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan, sehingga generasi muda lebih lancar berbahasa Indonesia.
Apakah ada faktor lainnya ?
Disamping faktor-faktor yang saya sebutkan diatas, faktor lainnya adalah penghilangan identitas kemaduraan, terutama ini dilakukan oleh generasi muda. Generasi muda seakan-akan merasa malu jika diketahui ber-etnis Madura. Karena selama ini imej yang tampil di permukaan tentang orang Madura boleh dikatakan buruk. Dengan demikian generasi muda lebih menyenangi melakukan komunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia.