Akibat dari kondisi dia atas adalah anak-anak sekolah atau generasi muda tidak lagi memperhatikan bahasa Madura jika kaum tua tidak membentuk pedoman pembakuan bahasa Madura. Di tambah pula guru bahasa Madura secara profesional belum ada sehingga ujung tombak pengembangan bahasa Madura menjadi lemah dan tidak jelas. Dalam hal ini lembaga pemerintah tidak bisa disalahkan karena pembuatan pembakuan harus didukung oleh semua unsur elemen masyarakat Madura. Disinilah diperlukan komunikasi yang terus menerus, berkesinambungan dan instens antara pemerintah dengan masyarakat Madura. Tanggung jawab pengembangan bahasa dan sastra Madura berada di pundak pemerintah daerah dan masyarakat, kedua-duanya harus maju bersama karena dilindungi undang-undang
Bapak menangkap adanya semacam marginalisasi, dan melihat kondisi tersebut apakah perlu langkah revitalisasi ?
Tidak, saya kira tidak ada. Bahasa Madura tidak mengalami marginalisasi, tetapi yang ada yaitu tidak adanya kesepahaman antar pemilik dialek. Ketidaksepahaman ini ternyata memunculkan konflik pengkaidahan bahasa Madura, yang berimbas pada tidak terwujudnya pembakuan ejaan, tata bahasa dan kamusnya. Nah bahan utama untuk merevitalisasi bahasa Madura adalah ketiga point diatas. Kalau tidak ada ejaan, tata bahasa, dan kamus bagaimana akan merevitalisasi? Revitalisasi juga tidak akan terwujud jika tidak didukung oleh kesepahaman dalam pembakuan.
Berarti diperlukan sebuah kongres untuk mencapai kesepahaman ?
Bisa perlu bisa tidak. Kongres perlu dilakukan karena gemanya akan mengangkat bahasa Madura ke tingkat nasional dan internasional. Kongres merupakan ajang perhelatan kebahasaan yang didukung oleh berbagai elemen kebahasaan, tetapi hasil yang dicapai biasanya tidak maksimal dan cenderung terkesan hanya menghambur-hamburkan uang. Nah daripada dana terbuang percuma, alangkah baiknya apabila dana tersebut digunakan untuk pengkajian atau pembakuan bahasa Madura. Kalau perlu dana tersebut digunakan untuk mendirikan jurusan bahasa Madura di Perguruan Tinggi setempat. Disamping itu dana kongres lebih baik untuk pendanaan lokakarya guna pencapaian solusi pengajaran bahasa Madura di sekolah. Karena hasil kongres belum tentu langsung dinikmati oleh masyarakat luas.