Marlena; Rumah Tangga Pak Toha

Matahari belum menangkup, ketika pengantar pos menunjukkan sepucuk surat ke tangan Pak Toha. Terasa ringan tangan Pak Toha ketika membuka lembaran kertas dari sampul surat. Ada isyarat bahagia yang tampak dari gerak-gerik air mukanya. Lalu tersenyum seakan mendapatkan keberkatan yang mungkin sulit didapatkan.

“Dari siapa Pak? Marlena,” tanya Bu Rasmi di sampingnya.

“Fajar.”

“Apa? kak Fajar, oh lalu apa beritanya?”

Pak Toha tidak segera menyahut, karena masih menyelesaikan kalimat-kalimat anak pertamanya.

“Insya Allah, dalam waktu dekat ia akan ditugaskan di Madura,” kata Pak Toha senang.

“Alhamdulillah. Syukurlah Pak. Mudah-mudahan ia ditempatkan di wilayah sini,” harap Bu Rasmi.

“Yah, mudah-mudahan saja Bu.”

Berita rencana pemindahan tugas kerja Fajar dari tanah seberang ternyata membuahkan suasana yang lebih baik bagi kehidupan rumah tangga Pak Toha. Ia seakan menjanjikan harapan baru bagi perubahan suasana rumah yang selama ini terasa agak asing dan sepi. Sebenarnya bagi Pak Toha di manapun, anak pertamanya itu berada, tidak akan menjadi permasalahan bagi dirinya. Di samping ia telah menemukan jalur hidup bersama istrinya, Pak Toha meyakini bahwa pada dasarnya beban dan tanggung jawab pekerjaan di mana-mana sama saja. Untuk itulah, ketika pertama kali Fajar melaksanakan tugas di daerah transmigrasi, Pak Toha langsung merestui bahkan mendukungnya.

Pada awalnya memang terasa berat melepaskan anaknya dalam suasana yang tentu sangat asing di lingkungan tanah baru. Namun berdasarkan pengalaman-pengalaman yang sempat Pak Toha timba semasa memangku jabatan di kantor pe,erintahan, apa yang dilakukan anaknya itu merupakan hal yang wajar dan patut dihargai. Ia kerap membandingkan kenyataan-kenyataan yang dihadapi teman-teman seprofesinya ketika itu, bahkan bila diangkat dan ditugaskan ke daerah terpencil di kepulauan, ternyata mereka merasa keberatan. Hal itu tentu bertentangan dengan maksud dan tujuan pemerintah yang sebenarnya. Sebagai contoh, di pulau Madura, khususnya di Kabupaten Sumenep terdiri dari sekitar enam puluh tiga kepulauan. Apaila mereka sadar bahwa di tempat itu sebenarnya sangat memungkinkan untuk dijadikan lahan garapan yang potensial dalam pengembangan sumber daya alam dan manusianya. Sebab di tempat semacam itulah merupakan batu ujian kemampuan para aparat, sejauh mana keterampilannya dapat dicurahkan. Tapi kadang-kadang kenyataan lain mereka merasa tidak sesuai dengan prinsip hidup semasa hidup di wilayah asalnya. Hal ini merupakan bagian-bagian tertentu yang perlu diperhatikan.

Maka dari itu, meskipun di mana saja Fajar berada bagi Pak Toha merupakan perjalanan hidup dan karir yang semestinya harus dimiliki bagi setiap insan yang memiliki latar belakang sama. Namun kenyataannya, kini setelah segalanya berubah, pikiran Pak Toha menjadi limbung bila melihat istrinya mulai menampakkan kegelisahan yang berkepanjangan. Maka dari itu, setelah mendengar berita bahwa Fajar akan ditugaskan di pulau ini, Bu Rasmi menyambutnya dengan antusias dan senang. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.