Membangun Kekuatan Sastra (Wan) Madura

3.    Sastra Sebagai Obyek.

Seperti telah disinggung sebelumnya, pengembangan sastra menempatkan karya sastra sebagai sasaran atau obyek kegiatan yang akan diteliti dan dikaji, yang bermanfaat untuk penyusunan, misalnya, kamus sastra, ensiklopedi sastra, sejarah sastra, ataupun buku panduan pengajaran sastra dan sebagainya. Karya sastra yang menjadi sasaran pengembangan itu tidak hanya menyangkut sastra Indonesia, tetapi juga sastra-sastra daerah. Upaya pengembangan tersebut, akan menjadi tanggung jawab para kritikus, pakar sastra, peneliti atau pihak-pihak yang kemungkinan  menjadi jawaban persoalan-persoalan sastra dalam berbagai aspek. Demikian pula melalui penerbitan-penerbitan buku yang secara umum menjadi incaran dari kalangan sastrawan, adalah hal yang tidak mustahil bila proses pembinaan dan pengembangan sastra mempunyai tolok ukur yang jelas dan menjadi tanggung jawab bersama.

Kegiatan pembinaan sastra dan pengembangan sastra itu dapat saling menunjang dan saling melengkapi, keduanya perlu dilakukan atas dasar suatu kebijakan yang berencana, terarah dan terpadu. Rambu-rambu seperti ini diperlukan mengingat kondisi sastra daerah dan sastra di daerah yang boleh dikatakan amat heterogen. Saling menunjang dan saling melengkapi sangat penting untuk membangun kekuatan sastra.

Meskipun diniatkan bahkan di rencanakan agar terdapat keseimbangan antara kegiatan pembinaan dan pengembangan, ternyata keseimbangan itu sulit untuk diukur. Hal ini berkaitan dengan mungkin atau tidaknya dilakukan kuantifikasi terhadap hasil kedua jenis kegiatan tersebut. Kegiatan pengembangan sastra yang hasilnya akan menjadi bukti tingkat kuantifikasi karya sastra dengan berbagai ragam dan bentuknya, namun pada kegiatan pembinaan  yang bertujuan menumbuhkan  dan meningkatkan apresiasi sastra masyarakat jelas tidak dapat dikuantifikasi, hanya sebatas diamati. Namun gejala-gejala yang muncul akan dirasakan ketika terjadi kepedulian semua pihak ikut terlibat dalam aktifitas sastra.

Semua ini hanya dapat dicapai apabila semua pihak, semua unsur, semua elemen yang “mengatasnamakan masyarakat Madura” merasa berkepentingan membaca dan menguak fenomena sastra Madura (sastra di Madura)  ke depan. Menyadari dengan sungguh-sungguh bahwa sastra (wan) Madura merupakan bagian kekayaan Indonesia, yang perlu terus dipelihara dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang kini jauh dan menjauh dari lingkungan budayanya sendiri.

Daftar Poestaka

  • Sastra Indonesia dan Daerah, Sejumlah Masalah, Kusman K. Mahmud (1987)
  • Panorama Sastra Nusantara, Balai Pustaka  (1997)
  • Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan Sastra Madura di Era Otonomi Daerah (makalah Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Daerah, Unesa), Syaf Anton Wr (2002)
*) Penulis adalah sastrawan/budayawan Madura dan pengelola blog ini, tinggal di Sumenep             

 

Response (1)

  1. Dekade terakhir ini kekuatan sastra di Madura memang mengalami menurunan drastis, saya kira perlu digalakkan kembali, karena sastra banyak mengajarkan kebaikan dan kejujuran. Selamat Bung Anton

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.