Karya terjemahan dari bahasa lain :
-
-
- Lanceng Glempeng, Terjemahan karya C.J. Kieviet, Dik Trom, 1923
- Boekoe Tjareta Ane, Terjernahan dari bahasa Jawa, karya C.F. Winter’s – Tjarijos Aneh Lan Blok, 1921
- Panglepor Ate, Terjemahan dari bahasa Sunda, karya Ardiwinata, 1923
- Dhoengngengnga Oreng Leboer Amaen, terjemahan dari bahasa Jawa, karya Djojosoedirdjo, 1921
-
Karya sastra lainnya adalah :
-
-
- Dungngeng Kalakowanna Nyae Gunabicara, R. Sastro¬soebroto, tahun 1913
- Pajalanan dhari Songennep ka Batawi, R. Sastrosoebroto, tahun 1920
- Babad Songennep, R. Werdisastro, tahun 1914
- Caretana Bangsacara, Sumowijoyo sareng A.C. Vreede, 1917
- Carakenan I, II, III ; M. Wignyoamidarmo, tahun 191
- Samporna Otama, R. Abubakar Prawiroamidarmo, 1920
- Panji Semirang I, II ; R. Ahmad Wongsosewoyo, 1921
- Sampek Eng Tay, R. Ahmad Wongsosewoyo.
- Panji Wulung, R. Sastrodanukusumo, 1928
- Anglingdarma, R. Sastrodanukusumo, 1941
- Emmas Esanggu Konengan, Prawirowijoyo, 1930
- Dhari Nespa Kantos Molja, Sp. Sastramiharja, 1931
-
(Anggidannepon Ms. Asmawinangun, emadura’ agi)
Periode III (Sastra Madura Modern)
-
-
- Peneliti Drs. Ahmad Hatib, Azis Safiudin, SH; Drs. Sugianto, Drs. Abdul Rachman, Drs. Marsudi.
- Pengarang A. Hatib, M. Wiryoasmoro, Abdul Hadi WM Ratnawi Patmodiwiryo, Oemar Sastrodiwiryo, Moch. Halil, Sukardi Asmara
-
Bahasa Sastra Madura
Sebagaimana kehidupan seni tradisi lainnya, sastra Madura lahir dan terekspresi secara turun-temurun dalam masyarakat suku Madura. Dalam konsteks ini bahasa Madura memiliki peran penting termasuk memberikan warna dalam sastra Madura dengan tingkatan-tingkatan bahasanya. Bahasa sebagai alat komunikasi, berfikir dan menyampaikan gagasan (pendapat) serta sebagai alat menunjukkan indentitas suku Madura, maka perkembangannya searah dengan tata kehidupan penuturnya. Bahasa Madura selain berfungsi sebagai lambang kebanggaan, lambang identitas Madura juga sebagai alat penghubung di dalam keluarga dan masyarakat Madura. Bahasa Madura tergolong bahasa yang besar dan memiliki tradisi sastra.
Bahasa Madura sebagai wacana lisan memiliki wilayah yang cukup luas di pulau Madura dan pulau kecil sekitarnya serta pesisir utara Jawa Timur memanjang mulai dari Kabupaten Gresik (termasuk pulau Bawean) sampai ke arah Kabupaten Banyuwangi. Namun dalam penggunaan bahasa sastra tulis hanyalah sebagian saja.
Tradisi sastra lisan dalam bentuk sastra bertutur yaitu dalam bentuk dongeng. Umumnya isi dongeng bersifat hayalan semata, seper¬ti antah-barantah. Namun di dalamnya terkandung nilai-nilai pendidikan, nasihat atau ajaran moral, etika dan agama. Sedang sastra tulis yang berbentuk tembang. syair dan pantun termasuk klasifikasi jenis prosa. Pada masa Balai Pustaka tahun 1920-an, buku-buku karya sastra Madura pernah mengalami. boming, baik dalam terbitan buku terjemahan maupun buku-buku karangan para pujangga Madura sendiri. Para peneliti mengakui, bahwa karya sastra Madura memiliki ciri dan mutu baik, baik dipandang dari kacamata sastra maupun kandungan moral. di dalamnya
Selain dalam bentuk penerbitan buku, media cetak kala itu sempat berkembang yang memuat bahasa Madura, semisal, majalah Medan Bahasa Madura. diterbitkan Kementerian P dan K di Yogyakarta, Mingguan Harapan dan koran Pelita, pernah memuat prosa/puisi berbahasa Madura. Majalah Moncar (Surabaya), Colok (Sampang), Nanggala (Sampang), Panggudi (Pamekasan), Suemenep Expres, Pajjar dan sebagainya yang hadir ditengah-tengah masyarakat penutur bahasa Madura.