Saat ini pariwisata merupakan komoditi yang paling marak dikembangkan dan menjadi trend dunia. Banyak negara di dunia ini, termasuk Indonesia, berlomba-lomba membangun dan mengembangkan pariwisata dalam upaya mendongkrak devisa yang bisa dihasilkan dari lahan yang terus berkembang secara global. Hal ini mengingat pariwisata telah berimplikasi kepada pembangunan bagi kesejahteraan masyarakat, sehingga setiap negara begitu masif menyediakan ruang yang seluas-luasnya bagi pembangunan dan pengembangan pariwisata.
Melihat pertumbuhan pariwisata yang terus meningkat dewasa ini bersamaan dengan peningkatan konsumsi komoditas wisata sebagian masyarakat di negara-negara maju dan masyarakat Indonesia. Sudah sewajarnya apabila pariwisata diposisikan sebagai sebuah industri terbesar ketiga (third biggest industry) di dunia setelah migas dan elektronik, yang mampu menjadi primadona penghasil devisa negara, bahkan salah satu organisasi pariwisata di dunia “World Tourism Organizations (WTO) ” mencatat pariwisata telah mampu menyumbangkan pendapatan lebih dari US$ 3,5 trilyun atau 6 % dari pendapatan kotor dunia .
Selain itu juga, WTO memprediksikan pariwisata akan tumbuh dengan rata-rata pertumbuhan 4,2 % per tahunnya selama 10 tahun ke depan (2000-2010) dan salah satu kawasan yang akan mengalami tingkat pertumbuhan terbesar adalah negara-negara asia, termasuk Indonesia . Lain halnya dengan “World Travel and Tourism Council (WTTC)” yang mengemukakan bahwa industri pariwisata telah menjelma menjadi “mega industri” dan diperkirakan akan menjadi salah satu penggerak utama perekonomian abad 21 .
Sebagai industri tanpa cerobong asap (smokeless industry), pariwisata di Indonesia merupakan sektor strategis dan tidak akan pernah mengalami pasang surut sepanjang masa. Hal ini dikarenakan industri pariwisata terus mengalami perkembangan yang cukup signifikan seiring dengan meningkatnya perjalanan wisatawan, terutama wisatawan mancanegara yang hingga pada tahun 2007 tercatat mencapai 5.505.759 wisatawan dengan perolehan devisa negara sebesar 5.345,98 juta US$ .