Pariwisata: Pengertian Dasar dan Jenis-Jenisnya
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai pariwisata di Madura, terlebih dahulu penulis ingin menjelaskan makna pariwisata. Hal ini penting untuk dibahas, mengingat kata “pariwisata” sering disalahtafsirkan oleh sebagian besar masyarakat kita, bahkan setiap kali muncul dan terdengar kata “pariwisata”, mereka seringkali menjustifikasi pariwisata maksiat . Padahal apabila kita menilik kembali maknanya, kata “pariwisata” memiliki makna yang sangat mulia dan tidak ada unsur maksiat di dalamnya sebagaimana yang dipahami oleh sebagian masyarakat.
Terlepas dalam prakteknya, pariwisata sering diidentikkan dengan perilaku maksiat (immoral behavior) dan tindakan yang amoral, itu semua adalah kesalahan manusianya semata dan sama sekali tidak ada relevansinya dengan makna “pariwisata” secara konseptual. Karenanya, agar kita bisa memahami secara arif, dan tidak lagi salah dalam mengartikan makna kata “pariwisata”, perlu kiranya penulis memberikan penjelasan tentang makna tersebut.
Berbicara mengenai kata “pariwisata” tidak dapat dipisahkan dari makna kata “wisata” itu sendiri. Istilah “pariwisata” berasal dari bahasa Sansekerta dan terdiri dari tiga suku kata: 1) pari artinya penuh, lengkap, berkeliling, 2) wis artinya rumah, properti, kampung, komunitas, 3) ata artinya pergi terus-menerus, mengembara. Jadi, pariwisata berarti pergi secara lengkap meninggalkan rumah (kampung) berkeliling terus-menerus.
Di dalam bahasa Arab, kosa kata untuk bepergian atau melakukan perjalanan khusus bersenang-senang disebut rihlah. Berbeda dengan safara yang berarti bepergian untuk tujuan yang lebih umum. Kata rihlah ini juga telah disinggung dalam Al-Qurán sebagai lambang rutinitas orang Quraisy yang biasanya melakukan perjalanan di musim dingin dan musim panas .