Mengawal Transisi
Pembangunan Jembatan Suramadu ditengarai sebagai mula dari sutau perubahan sosial budaya yang sedang bergerak cepat di Pulau Madura. Potret masyarakat Madura yang semula agraris tradisional dalam waktu tidak terlalu lama dapat berubah menjadi masyarakat industri yang modern. Selama ini masyarakat Madura membangun harmoni sosial melalui tradisi dan solidaritas sosisal yang tinggi. Beberapa faktornya antara lain masyarakat Madura relatif homogen dan sederhana, hubungan antarsesama warga cukup erat dan hangat, serta belum banyak ragam pekerjaan yang menuntut profesionalitas, sehingga solidaritas di tengah-tengah masyarakat dengan mudah tercipta secara mekanik. Hal yang berbeda tentu akan terjadi di masa mendatang. Kita akan dihadapkan pada sebuah masyarakat Madura yang kompleks dengan bidang pekerjaan yang terbagi-bagi sedemikian rupa, sehingga harmoni sosial kemungkinan tidak lagi dibentuk oleh tradisi dan solidaritas mekanik, melainkan terbentuk oleh hubungan-hubungan interdependen antarbidang-bidang profesi/pekerjaan dan kepentingan antarindividu.
Perubahan yang sedang bergerak dengan cepat di Madura ini patut disambut gembira sekaligus diwaspadai mengingat percepatan perubahan tersebut terjadi karena adanya stimulasi dari luar. Maka perlu dipikirkan bagaimana agar supaya pembangunan baik di bidang sosial, budaya, maupun ekonomi melahirkan inovasi-inovasi yang berkarakter Madura. Sekurang-kurangnya, pembangunan yang bergerak cepat itu jangan sampai menggilas identitas budaya Madura yang berciri positif, apalagi jika sampai memarjinalkan masyarakat setempat.
Intinya, masyarakat Madura tidak boleh menjadi penonton di kandang sendiri. Sudah cukup banyak kasus di mana pembangunan yang dikonsentrasikan di suatu wilayah tertentu tidak membawa dampak kesejahteraan yang memadai bagi masyarakat setempat. Bahkan tidak sedikit di antaranya yang tragis, bukan hanya kesejahteraan masyarakat sekitar tidak meningkat, tetapi juga lingkungan alam mereka rusak, tradisi dan kebudayaan asli mereka punah, dan nilai-nilai menjadi kabur sehingga tidak bisa lagi menjadi alat kontrol sosial. Hal demikian tentu saja tidak kita diharapkan terjadi di Madura.
Oleh karena itu, proses transisi sosial budaya pada masyarakat madura ini perlu direncanakan dan dikawal dengan sebaik-baiknya. Dalam hal ini masyarakat Madura sendiri dapat bernegosiasi dengan dunia luar tentang arah perubahan yang diinginkan. Dalam konteks pembangunan nasional, peluang negosiasi itu terbuka lebar mengingat Indonesia sekarang ini sudah menerapkan otonomi daerah. Masyarakat lokal diberi ruang kebebasan untuk mengadopsi, menolak, dan mencipta sesuai dengan karakter lokalnya dan sejauh tidak merugikan kepentingan nasional. Pembangunan Madura yang memperhatikan aspek-aspek lokal sebenarnya secara tidak langsung mendukung pembangunan nasional. Sebut saja misalnya hal-hal posistif yang perlu didorong untuk menyertai proses percepatan pembangunan Madura seperti penyerapan tenaga kerja, revitalisasi tradisi, dan penegakan hukum merupakan dukungan terhadap agenda pembangunan nasional, khususnya dalam mengatasi pengangguran, penguatan ketahanan budaya, dan menciptakan kepastian hukum.