Kedua, tokoh agama yang selama ini memiliki peranan penting dalam kehidupan sosial. Bagi masyarakat Madura yang paternalistik, tokoh agama merupakan pemimpin kultural yang sangat dihormati. Keberadaan tokoh agama dalam masyarakat Madura tidak hanya dianggap penting untuk urusan keagamaan, melainkan juga untuk urusan-urusan yang bersifat duniawi. Bukan suatu rahasia bahwa hingga saat ini masih banyak anggota masyarakat yang membutuhkan nasihat atau petuah dari tokoh agama sebelum membuka usaha atau mendirikan bangunan. Fakta ini menunjukkan bahwa pengaruh tokoh agama dapat mengendalikan perilaku budaya masyarakat Madura.
Dengan demikian, peran tokoh agama menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan arah pembangunan Madura ke depan. Tantangan yang sangat nyata bagi tokoh agama antara lain adalah mewabahnya pengaruh negatif budaya asing yang dapat menggerogoti nilai-nilai budaya lokal. Persoalan ini tentu tidak perlu dihadapi dengan cara-cara reaksioner asal tolak karena hal itu belum tentu efektif dan cenderung mengundang masalah baru. Tindakan yang bijaksana justru ketika tokoh agama berperan secara aktif dalam mendesain arah pembangunan, serta menciptakan formula-formula jalan keluar dalam rangka meminimalisasi dampak-dampak buruknya.
Ketiga, pemerintah daerah sebagai pembuat kebijakan. Pemerintah daerah merupakan sumbu utama percepatan pembangunan di Madura. Selain sebagai perencana, pemerintah daerah juga menjadi pelaksana proses pembangunan. Dengan demikian, pemerintah daerah menjadi pihak yang paling bertanggungjawab atas suksesnya pembangunan Madura dalam pengertian yang luas. Keberhasilan pembangunan Madura tentu saja tidak bisa hanya diukur dengan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi, tetapi juga harus diukur dengan perspektif kebudayaan, sejauh mana pembangunan tersebut mampu menciptakan masyarakat yang waras (sane society). Jangan sampai masyarakat Madura kelak merasa asing di kampung halaman sendiri.
Oleh sebab itu, pemerintah daerah dalam membuat berbagai kebijakan yang terkait dengan percepatan pembangunan perlu mempertimbangkan keberlangsungan nilai-nilai budaya yang selama ini telah dianut oleh masyarakat Madura. Dengan kata lain, pembangunan ekonomi harus diselaraskan dengan pembangunan di bidang kebudayaan. Bukankah pembangunan kebudayaan jika dikelola dengan baik dapat mendukung pertumbuhan ekonomi? Di sinilah letak pentingnya berbagai tradisi masyarakat Madura yang berciri positif, baik yang sudah punah maupun yang masih hidup dan berkembang, untuk direvitalisasi oleh pemerintah daerah sebagai aset kebudayaan daerah sekaligus komoditas yang bernilai ekonomi.