Saat terpilih sebagai calon Sekjen Ikatan Lembaga Penalaran dan Penelitian Mahasiswa Indonesia (ILP2MI) di Yogyakarta pada Mei tahun yang lalu, saya diminta menyampaikan visi dan misi sekaligus memperkenalkan Madura kepada segenap para peserta. Saya pun memanfaatkan peluang emas itu dengan memaparkan sekilas perkembangan Madura usai dibangunnya jembatan Suramadu. Dalam forum nasional yang dihadiri mahasiswa pilihan se-Indonesia itu, saya pandang sebagai kesempatan besar untuk membangun branding image mengenai keunikan Madura. Saya jelaskan sepintas mengenai kondisi Madura yang kian hari patut dibanggakan; mulai dari budaya, perekonomian, gejolak politik, dan semacamnya. Tak dinyana, saya mendapat apresiasi yang cukup baik dari para peserta kongres.
Dari serentetan penjelasan yang kuberikan, saya sempat menyinggung berkenaan dengan pemetaan potensi empat kebupaten yang ada di Madura sebagai respons atas dibangunnya jembatan Suramadu. Bangkalan akan disulap menjadi Kota Industri, Sampang sebagai Kota Bahari, Pamekasan sebagai Kota Pendidikan, dan Sumenep sebagai Kota Pariwisata. Pelabelan tersebut telah lama menjadi buah bibir masyarakat. Tidak lagi menjadi sesuatu yang asing lagi bagi kita ketika melakukan diskursus terkait dengan masa depan Madura. Entah saya kurang tahu siapa pertama kali yang membumikan isu tentang pemetaan potensi tersebut. Pastinya, hal tersebut tetap menarik untuk diwacanakan dan diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Madura.
Sebagai warga yang cerdas, setidaknya kita melakukan beberapa catatan kritis terhadap pemetaan potensi di atas. Bangkalan yang memang menjadi wilayah penghubung utama antara Surabaya dan Madura kini terlihat menggalakkan pembangunan industri. Sampang mulai membenahi diri dengan memanfaatkan laut sebagai komoditi utama penghasilan warganya. Sedangkan Pamekasan melejit namanya dengan serumpun prestasi para pemudanya yang melaju ke pentas nasional, bahkan tak jarang menorehkan prestasi yang diganjar dengan kilau emas. Bagitu halnya dengan Sumenep yang terkenal dengan spirit budaya dan parawisatanya yang tak bakal jenuh untuk dinikmati.