Tradisi Mokka’ Blâbâr merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Sampang, Madura. Tradisi ini sebagai bentuk rangkaian dari peristiwa adat perkawinan masyarakat setempat, yang pelaksanaannya dilakukan sebelum perkawinan berlangsung.
Dalam proses pelaksaan tradisi ini dimulai ketika mempelai pria akan memasuki pekarangan rumah pengantin wanita. Namun untuk memasuki pekarangan tersebut ada sejumlah syarat yang harus dijalankan, yaitu sangan pengantin beserta rombongan (besan dari keluarga pengantin pria) harus melewati tujuh tirai atau Blâbâr berwarna merah yang dijaga oleh sesepuh keluarga mempelai wanita.
Ketika memasuki pekarangan pimpinan dan rombongan dari pengantin pria harus menyobek Blâbâr untuk bisa menemui keluarga pengantin wanita. Setiap menyobek tirai harus menjawab pertanyaan simbolik penjaga tirai, yakni sesepuh dari keluarga pengantin wanita. Tanya jawab (dialog) tersebut terjadi dengan ungkapan bahasa kias, yaitu kalimat yang biasa digunakan dalam saloka.
Dalam tahapan masuk dan menyobek tirai keluarga pria harus jeli menafsirkan kalimat-kalimat yang diajukan oleh penjaga tirai. Sebab resikonya, bila ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab bisa menjadi rencana perkawinan kedua mempelai.
Sebagai misal ada pertanyaan yang dilontarkan penjaga tirai ketika memasuki tirai ketujuh misal, apa makna atau kias “kapur dan sirih”, interpretasinya bisa dipahami sebagai “suci dan berani” dalam membina rumah tangga Jadi hakikatnya berumah tangga ialah memadukan dua hati untuk membangun masa depan.