Orang Madura dalam menilai seseorang bukan hanya sekedar penilaian lahiriah yang berdasarkan ketampanan atau kecantikan belaka, tetapi yang terpenting adalah tatakramanya. Hal ini sering diungkapkan oleh para orang tua pada anak-anaknya “mon oreng reyah benne bhaghusse, tape tatakramana, sanajhan bhaghus tape tatakramana jube’, ma’ ceya ka ate”, bagi orang Madura yang terpenting bukan ketampanan dan kecantikannya, tapi tatakramanya, sekalipun ia tampan dan cantik tapi tatakramanya jelek bisa membuat hati galau (eneg).
Terdapat pula nyanyian yang sering dilagukan orang tua Madura ketika menggendong putra-putrinya “peng pelo’ ta’endhe’ nyimpang lorongngah, peng pelo’ lorongngah e tombuih kolat, peng pelo’ ta’ endhe’ ngala’ toronnah, peng pelo’ toronnah oreng ta’ pelag”. Ungkapan tersebut menandakan betapa orang Madura sangat menghargai kesopanan dibandingkan ketampanan dan kecantikan wajah seseorang. Sekalipun orang tersebut tampan atau cantik dan kaya raya tapi tidak memiliki kesopanan dan tatakrama, maka sesungguhnya ia tidak ada artinya di mata orang Madura. Itulah kemudian mengapa para orang tua di Madura selalu menekankan dan mewantiwanti para putra-putrinya agar mereka selalu andhep asor menghormati orang lain dan mampu memposisikan dirinya pataoh ajhalan, pataoh acaca, pataoh neng-enneng, kennengna kennengi, lakona lakone.
sipppp..