Orang Madura begitu sangat hatihatinya (jijip) terhadap tengka dan kehormatan. Kennengnah kennengih lakonah lakonih, je’ arandat tabhunnah oreng adalah satu hal yang harus dipatuhi oleh orang Madura, kalau tidak berarti ia akan menjadi orang yang tidak bisa ajaga aeng e genthong.
Bagi orang Madura tindakan tidak mengakui atau mengingkari peran dan status sosial sama artinya dengan mempermalukan dirinya sendiri sehingga ia tada’ ajina yang pada gilirannya timbullah perasaan maloh. Orang yang diperlakukan seperti itu -dilecehkan harga dirinya- akan selalu melakukan tindakan perlawanan (carok) untuk memulihkan harga dirinya, menurut mereka etembang pote matah ango’ poteyah tolang (dari pada hidup dirundung malu, lebih baik mati berkalang tanah).
Kobhung adalah salah satu bentuk upaya orang Madura dalam menjaga kehormatan 16) Wiyata, Carok Konflik Kekerasan, hlm.179. keluarga terutama wanita.17) Salah satu fungsi Kobhung adalah sebagai tempat menerima dan tempat penginapan tetamu laki-laki baik yang sudah dikenal dan lebihlebih yang tidak dikenal. Pantang bagi orang Madura menerima para tamu di dalam rumah kecuali tamu perempuan. Ini sematamata upaya preventif untuk tidak terjadi hal-hal yang tidak dingingkan, semisal main mata atau bahkan terjadinya perselingkuhan yang pada akhirnya hilangnya kehormatan keluarga.
____________________________________________________________
12) Lebih detail lihat Maulana Surya Kusumah, “Sopan, Hormat, dan Islam: Ciri-ciri Orang Madura”, dalam Soegianto, Kepercayaan, Magi dan Tradisi dalam MasyarakatMadura (Jember: Tapal Kuda, 2003), hlm.18.
13) Bahasan yang mendalam tentang carok periksa A. Latief Wiyata, Carok Konflik Kekerasan dan Harga diri OrangMadura (Yogyakarta: LkiS, 2006).
14) Lebih lanjut baca Giring, Madura dimata Dayak, dari Konflikke Rekonstruksi (Yogyakarta: Argomedia Pustaka, 2004).
15) Citra adalah apa yang dipercayai benar (pengetahuan subyektif), yang mencakup citra tentang fakta maupun nilai. Perilaku individual (sikap dan tindakannya) tergantung pada citranya. Citra akan berubah pada bentangan waktu tergantung pesan yang diterima. Tidak hanya individu namun semua masyarakat membentuk citra kolektifnya, yaitu pengetahuan budaya yang dibagi bersama dalam kelompoknya, lihat Ibid., hlm. vi.
16) Wiyata, Carok Konflik Kekerasan, hlm.179.
17) Dimata orang Madura moralitas wanita sangat dihargai, ia selalu dihubungkan dengan permasalahan harga diri, bahkan lambang harga diri lelaki, kekuasaan, keagungan, dan kekuatn lelaki. Oleh karena itu lelaki Madura harus menunjukkan kemampuannya dalam menjaga dan membela kehormatan wanita keluarganya.
Sumber: KARSA, Jurnal Budaya dan Sosial Keislaman, Vol. XIII No. 1 April 2008, http://karsa.stainpamekasan.ac.id
Tulisan bersambung:
- Kobhung, Bangunan Tradisional Masyarakat Madura
- Nilai Kesopanan dan Kehormatan Bagi Orang Madura
- Ungkapan Madura: Abhantal Syahadat, Asapo’ Iman
sipppp..