Hampir tak pernah ditemukan mengenai kisah hidup perempuan yang menjadi ibu dan leluhur banyak tokoh agung di Madura dan Tapal kuda ini. Baik di riwayat lisan maupun tulisan, lebih-lebih buku sejarah dan babad. Satu-satunya yang ada hanya catatan silsilah. Itupun bukan catatan mandiri. Dalam arti, catatan silsilah merupakan catatan umum, tidak memuat bahasan khusus, melainkan bagan yang menunjukkan asal-usul dan keterkaitan hubungan orang perorang atau tokoh pertokoh secara genealogi.
Siapakah Nyai Cendana ini? Dalam sebuah catatan silsilah di Madura Barat, Nyai Cendana disebut sebagai isteri pertama Sunan Cendana (Sayyid Zainal Abidin), Kwanyar, Bangkalan. Dalam tradisi pararaton atau bangsawan, posisi beliau seperti permaisuri atau padmi atau isteri utama. Catatan itu berasal dari upaya inventarisir oleh beberapa pemerhati nasab ulama Madura terhadap penelusuran catatan dan asal-usul tokoh ulama keturunan Wali Sanga di Madura. Di antaranya yang digiatkan oleh Naqobah Ansab Auliya Tis’ah (NAAT) dan Tim 5wali Institute.
Sedikit informasi mengenai Nyai Cendana ialah mengenai nasab beliau. Ayah Nyai Cendana ialah Pangeran Bukabu, anak Pangeran Mandaraga dan Nyai Gede Kentil. Pangeran Mandaraga ini kalau ditarik ke atas berasal dari Kudus.
Berdasar catatan silsilah keraton Sumenep yang ditulis ulang R B Abdul Fatah, Pangeran Mandaraga adalah anak Panembahan Kalijaga bin Sunan Kudus. Catatan lebih tua dari itu, yang merupakan sumber catatan saat ini berasal dari tulisan kuna di keluarga keraton Sumenep yang saat ini disimpan di salah satunya di kampung Pangeran Letnan Kapanjin. Dalam pantauan media ini, salah satu kiai di Parongpong, Kecer, Dasuk, Sumenep juga memiliki catatan serupa dengan model dan penulis berbeda.
Hanya saja, di catatan Madura Timur, anak-anak Pangeran Bukabu yang disebut ialah Kiai Astamana dan Kiai Andasmana. Ada juga dua nama perempuan, namun tanpa keterangan. Nah, satu-satunya keterangan bahwa salah satu anak perempuan Pangeran Bukabu yang menjadi isteri Sunan Cendana hanya catatan Madura Barat. Catatan itu didapat oleh salah satu anggota NAAT, Ustadz K Nurkhalis Uzairi. “Catatan dari almarhum Bindara Habib, Murombuh, Bangkalan,”
Kalau mengacu pada catatan tersebut, antara Sunan Cendana dan Nyai Cendana masih ada hubungan kefamilian yang cukup dekat. Pangeran Bukabu adalah putra Nyai Gede Kentil. Sedang Nyai Kentil ini adalah saudara Nyai Gede Kedaton, ibunda Sunan Cendana.
Jadi hubungan Sunan Cendana dengan Pangeran Bukabu adalah saudara sepupu. Sehingga dari segi nasab Sunan Cendana menikahi keponakan sepupunya.
Dari Nyai Cendana ini lahirlah anak sulung Sunan Cendana yang dikenal waliyullah besar Madura Barat di masanya. Yaitu Kiai Putramenggolo. Di beberapa catatan beliau ditulis dengan banyak nama lain, seperti Panembahan Sampang; Ratu Lor Petapan; Sunan Putromenggolo; Kiai Adipati Putromenggolo; dan lainnya.