Peristilahan ojhung sebenarnya tidak terlalu teknis, tergandung dari wilayah atau daerah masing-masing maen ojhung berlangsung . Bahkan di Pulau Madura sendiri, antar satu daerah dengan daerah yang lain terjadi perbedaan, apalagi dalam perkembangannya ke wilayah luar Madura.
Namun yang jelas, ojhung sebagai ritus tahunan yang diselenggaran menjelang musim hujan tiba. Tapi perkembangannya sudah mulai kearah volume bertambah dalam event permainan ojhung, yaitu kerap diselenggarakan dalam memperingati hari-hari nasional, atau 17-agustusan. Bahkan ada pihak panitia penyelenggara permianan ojhung dengan tujuan komersial, dan penontonnya tentu akan ditarik bayaran adat berkarcis. Semua pelaksanaan ojhung bergantung dari maksud dan tujuannya. Kecuali kepentingan ritual, ojhung kerap banyak disalahgunakan
Apapun alasan penyelenggaraan, baik dengan tujuan profan, komersial, ritual dan sebagai hiburan, ohjung selalu dilaksanakan di tempat terbuka. Sang pemenang adalam pemain atau petarung yang dapat melukai lawan, tidak ada dendam. Konon, pertarungan ojhung pada jaman dulu dipertandingan tanpa adanya wasit, sehingga permainan ojhung tidak akan berhenti selama salah satu lawan tidak dapat dikalahkan. Karena menurut keyakinan mereka, luka akibat pukulan dari pertarungan ojhung, memiliki nilai dan arti tersendiri bagi petarung, meskipun dia dalam posisi kalah. Karena tanda luka itulah, menunjukkan bahwa dia telah melakukan suatu pertarungan yang menjadi kebanggaan bagi laki-laki Madura. Ia disebut-sebut sebagai pejantan, dan kebanggaan bagi dirinya.