Menurut hasil penelitian Helene Bouvier dalam bukunya “Lebur!”, Ojhung pada awalnya, konon, ada kisah mengenai empat bersaudara yang mencari sumber air. Ketika air mulai berkurang, mereka bertarung satu sama lainnya (maen ojhung) diatas sebuat bukit, dan salah satu diantara mereka menjadi wasit. Makam keramat yang terakhi ini, dikelilingi oleh makan ketiga saudaranya, dan masih dihormati sekali setahun sebagai bujhu’ oleh ketika saudaranya. Selain itu , disumur yang ditemukan empat saudara itu, acara maen ojhung diselenggarakan sekali setahun.
Makam yang terletak di Batuputih Kabupaten Sumenep itu, menurut seorang ahli ojhung dari Batuputih konon juga diadakan di Kabupaten di Madura lainnya, meskipun dengan aturan-aturan yang sedikit berbeda. Dengan kata lain, bisa jadi cikal bakal permainan ojhung berasal dari Batuputing dan berkembang kewilayah-wilayah Madura yang beretnik Madura.
Agaknya peristiwa ojhung di daerah itu selalu berkaitan dengan ritus pemanggilan hujan atau berkenaan dengan air. Ojhung kini tetap memenuhi tujuan kolektif; meski berfungsi sebagai hiburan saja. Dan kemungkinan ojhung dimasa lalu pernah berfungsi sebagai kegiatan perang-perangan, berkat latihan fisikal dan mental yang menyertainya. (Lontar Madura)
sumber foto : search google.