Kondisi yang berhubungan dengan kepercayaan bahwa pohon Nanggher merupakan portal ke dunia gaib dapat pula dijumpai di cerita rakyat Madura. Salah satu cerita rakyat yang mengisahkan hal ini adalah cerita rakyat tentang “Asal Usul Pancoran dari Desa Tambak Agung”
Dikisahkan, sekitar satu setengah abad yang lalu, di sebuah desa terpencil yaitu desa Tambak Agung, Kecamatan Labang. terdapat sebidang tanah yang dianggap séngét (angker) bagi orang sekitar. Sebidang tanah ini berbentuk seperti jurang, dan perlu kemampuan yang cukup untuk menuju kesana. Jalannya yang licin dan anak tangganya yang sangat kecil serta dedaunan kering yang berkececeran dimana-mana, membuat masyarakat sekitar enggan untuk berkunjung ke sana.
Di sebelah selatan lokasi tersebut terdapat sebuah goa yang ukurannya tidak begitu besar. Di dekat gua ini tumbuh pohon yang disebut pohon Nanggher yang sangat besar. Rimbunnya pepohonan yang menyamarkan lokasi gua serta sulitnya jalan menuju lokasi tersebut menyebabkan tempat itu di mata orang kebatinan dianggap sebagai tempat yang sangat baik untuk bertirakat.
Tanda-tanda bahwa tempat itu sering ditirakati dapat dilihat dari banyaknya ditemukan untaian-untaian bunga melati dan sesajen-sesajen yang diletakkan di bawah pohon Nanggher utamanya Malam Jum’at Manis. Terkadang, dijumpai juga sisa-sisa lidi yang merupakan bagian dari dupa tertancap di tanah di sekitar pohon besar tersebut. Di dekat pohon Nanggher itulah seringkali kambing para warga hilang secara gaib (Kisah selengkapnya dapat dilihat di buku yang ditulis Azhar, Iqbal Nurul (2016) dengan judul Mortéka dari Madhura: Antologi Cerita Rakyat Madura Edisi Kabupaten Bangkalan. Sidoarjo: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Balai Bahasa Jawa Timur).
Kepercayaan bahwa pohon Nanggher besar merupakan portal menuju alam gaib, masih ada hingga sekarang. Masyarakat Madura begitu yakinnya pada hal ini hingga ada sebagian dari masyarakat Madura menjadikan Nanggher sebagai nama sebuah dusun karena keangkeran dari pohon tersebut,
Seperti yang diberitakan oleh viva.co.id (http://forum. viva.co.id/Indeks/threads/misteri-pohon-keramat-di-dusun nangger-madura.1738406/), di Desa Rabiyan Kecamatan Ketapang Kabupaten Sampang-Madura terdapat sebuah dusun yang bernama
Dusun Nangger, Dusun ini diberi nama Nanggher karena adanya sebuah pohon Nanggher keramat di tempat itu. Pohon ini begitu besar dan tinggi, Pohon ini sudah berumur ratusan tahun. Awalnya pohon ini diperkirakan tumbuh sendiri di atas tanah seorang petani yang bernama Ibu Pauseh. Menurut juru kunci yaitu bapak K. H. Mirun, dahulu pohon ini ditempati oleh seorang pertapa yang ingin memperdalam ilmunya menjadi orang sakti yang bisa terbang. Di bawah pohon tersebut ada sebuah lubang yang berbentuk terowongan yang bisa ditempati oleh pertapa tersebut
Pertapa ini memilih tempat tersebut karena dia mendapat petujuk dari gurunya. Menurut K. H. Mirun, setelah 10 tahun bertapa, ia dikabarkan meninggal dunia. Tapi anehnya, mayatnya tidak ditemukan dengan kata lain hilang. Sejak saat itu penduduk sekitar menganggap pohon tersebut keramat. Oleh sebab itu, banyak orang tua melarang anak-anaknya bermain di sekitar pohon tersebut. Namun larangan tersebut di abaikan oleh anak-anaknya. Mereka. tetap bermain di sekitar atau di bawah pohon tersebut karena pohon ini merupakan tempat favorit anak-anak untuk bermain petak umpet.
Suatu hari segerombolan anak-anak bermain petak-umpet. di tempat tersebut, dan salah satu dari mereka ngumpet di lubang yang berbentuk terowongan yang ada di bawah pohon tadi. Ternyata anak tersebut hilang tanpa jejak, Selain itu anak-anak yang lain yang bermain di sekitar pohon tersebut juga jatuh sakit setelah sampai di rumah mereka masing-masing. Kejadian semacam itu sering terjadi dan memakan banyak korban.
Penduduk semakin khawatir dan menyuruh kepada ibu Pauseh untuk menebang pohon tersebut. Namun ketika di coba untuk ditebang, pohon tersebut mengeluarkan cairan berwarna merah dan berbau amis. Penduduk menganggap cairan tersebut adalah darah. Karena kejadian itu, pohon tersebut tidak jadi di tebang. Solusi lain yang dilakukan penduduk untuk mengurangi adanya kejadian orang hilang di dalam lubang tersebut adalah menanam pohon asam di samping pohon Nanggher dengan tujuan agar pohon asam tadi dapat menutupi lubang tersebut.
Kejadian lebih aneh yang terjadi di pohon Nangger tersebut ialah pada bulan mei tahun 2012. K. H. Mirun didatangi seseorang berjubah putih di dalam mimpinya. Orang berjubah putih itu menyuruhnya untuk membuat dan merawat sebuah kuburan keramat yang bernama Bhuju’ Sedde di bawah pohon Nanggher agar pohon tersebut tidak lagi memakan korban. Setelah itu K. H. Mirun memberitahukan kepada semua penduduk sekitar dan meminta bantuan untuk membuat kuburan keramat tadi.
- H. Mirun yang juga merupakan Kyai yang disegani oleh penduduk desa Rabiyan memiliki rencana mengadakan pengajian setiap tahun di kuburan keramat terebut bersama penduduk Rabiyan. Rencana tersebut di tanggapi positif oleh penduduk desa Rabiyan. Sejak dirawatnya kuburan keramat tadi, penduduk desa Rabiyan khususnya dusun Nangger sendiri, akhir-akhir ini merasa aman kalau lewat di sekitar pohon Nangger tersebut
Penguatan Karakter Peduli Konservasi Pohon
Dari apa yang telah dijelaskan di atas, kita dapat melihat bahwa sejatinya, orang Madura telah dekat dengan pepohonan. Kedekatan. ini membentuk pola pikir yang unik yang kemudian pada akhirnya melahirkan karakter serta kepercayaan. Satu karakter yang dapat dijadikan sebagai modal pembangunan masyarakat Madura adalah kepercayaan mereka bahwa tumbuhan itu memiliki peranan tersendiri dalam kehidupan mereka. Dengan adanya karakter ini, seharusnya sangat mudah bagi pemangku kekuasaan untuk mengetuk hati orang Madura dan membentuk sikap positif pada mereka pada tumbuhan.
Orang Madura harus diberi pengertian bahwa pada hakikatnya perubahan ekosistem lingkungan yang dapat mengganggu masyarakat Madura, paling utama disebabkan oleh perilaku masyarakatnya sendiri yang kurang baik dalam pemanfaatan. sumber-sumber daya khususnya pepohonan. Dengan demikian, kerusakan hutan seperti yang pernah terjadi dan diberitakan oleh skalanews.com (Rabu, 11 November 2015) tentang perambahan hutan yang berdampak pada kerusakan hutan dengan capaian 30 persen dari total areal hutan di Madura mencapai 47.121 Ha tidak akan pernah terjadi. (http://skalanews.com/detail/nasional/ daerah/240811-Kerusakan-Hutan-di-Madura-Capai-30-Persen)
Perubahan ekosistem suatu lingkungan di Madura biasanya terjadi karena adanya kegiatan masyarakat seperti pemanfaatan lahan yang dijadikan sebagai daerah pertanian secara berlebihan sehingga dapat mengurangi luas untuk tanaman agar tumbuh. Surabaya.tribunnews.com edisi Kamis, 19 Mei 2016 memberitakan bahwa sedikitnya 14 hektar tanah milik Perhutani di wilayah Kabupaten Sumenep, Madura hilang akibat diserobot oleh warga sekitar lokasi lahan milik Perhutani.
Terbanyak, lahan itu berada di wilayah kepulauan Sumenep, tetapi tidak sedikit juga lahan yang diserobot warga berada di lahan Perhutani daratan Sumenep, Modusnya bermacam-macam dan hampir sama antara di kepulauan dan daratan Sumenep. Hilangnya lahan milik Perhutani diketahui setelah pihak Administratur Perum Perhutani (ADM) Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Madura melakukan identifikasi dan pencekekan seluruh lahan milik Perhutani di wilayah Sumenep.
Mantap tretan sangat informasi yang sangat bagus