Orang Madura Serta Pohon-Pohon di Sekitarnya

Ada banyak lahan yang tiba-tiba berkurang dan dikuasai perseorangan. Anehnya, ketika aparat mencoba mempertanyakan keberadaan lahan yang dimiliki perseorangan itu, ternyata ada yang sudah pindah kepemilikan. Bahkan sudah bersertifikat resmi dari Badan Pertanahan Nasional Perubahan lahan dari tanah Perhutani ke milik pribadi itu ada yang berupa lahan pertanian dan perkebunan, ada juga yang berubah menjadi perkampungan dan perumahan.. Termasuk ada lahan milik perhutani yang dibuat galian batu serta dijual belikan oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan bisnis mereka tanpa memikirkan akibat jangka panjang (http:// surabaya.tribunnews.com/2016/05/19/sekitar-100-hektare lahan-perhutani-di-madura-diserobot-warga-kok-bisa).

Kerusakan hutan jati yang terjadi karena adanya penebangan dan kebakaran hutan, dapat mengakibatkan banyak hewan dan tumbuhan yang punah. Padahal hutan merupakan sumber kehidupan bagi sebagian masyarakat yang berfungsi sebagai penghasil oksigen, tempat penyedia makanan dan obat-obatan tradisional yang sangat di Banggakan orang Madura.

Dalam beberapa catatan para ahli zoologi dan botani, disebutkan bahwa akibat dari adanya kerusakan lahan hutan ini, beberapa tanaman menjadi langka dan semakin susah ditemukan. Sebut saja misalnya Mêmbha atau Daun Mémbhd (mimba) atau Azadirachta indica A. Juss. Tanaman ini adalah daun-daun yang tergolong dalam tanaman perdu/terna yang tumbuh di daerah tropis, pada dataran rendah, pada ketinggian sampai dengan 300 meter di atas permukaan laut, tumbuh di tempat kering berkala.

Dulunya, tanaman ini sering ditemukan di tepi jalan atau di hutan terang di Madura, namun kini semakin susah untuk ditemukan. Tanaman yang lain yang mulai dilupakan karena tergerus perumahan adalah tanaman Jamblang atau Dhuwa: Tanaman ini adalah nama buah dan pohon untuk tanaman bernama ilmiah Syzygium cumini. Pohon penghasil buah ini masih tergolong dalam suku jambu-jambuan (Myrtaceae). Jamblang atau Duwet kini termasuk salah satu tanaman yang mulai terlupakan bahkan langka dan jarang muncul di Madura.

Tanaman lain yang mulai langka ditemukan adalah tanaman Daluang. Pohon ini merupakan tumbuhan tingkat rendah. la masih termasuk ke dalam keluarga Moraceae. Pohon yang tak punya bunga dan buah ini tumbuh di Pamekasan dan Sumenep (Pulau Madura). Orang Madura menyebutnya dhâlubang atau dhulubang. Dahulu, tumbuhan ini ditanam di sekitar masjid agar para santri mudah mengambil dan membuat kertas sendiri untuk keperluan belajarnya. Kini tanaman ini jarang dijumpai. Salah satu penyebabnya disinyalir karena adanya konversi lahan hijau menjadi perumahan.

Jumlah kerusakan flora akan terus bertambah dan berlangsung lama jika dalam penggunaannya masyarakat tidak memperhatikan keseimbangan terhadap ekosistem lingkungan. Dampak dari perubahan ekosistem akan berkurang jika masyarakat mengetahui dan memahami fungsi dari suatu ekosistem tersebut. Kerusakan ekosistem membawa dampak bukan hanya pada keanekaragaman terhadap flora dan fauna juga dapat membawa pengaruh lain terhadap masyarakat itu sendiri seperti longsor, banjir dan erosi.

Keenam adalah mengembangkan kerjasama dengan instansi teknis dalam pemanfaatan laboratorium Lingkungan Hidup. Ketujuh adalah menerapkan strategi preventif secara kontinu terhadap proses dan produk untuk mengurangi terjadinya resiko pencemaran pada manusia dan lingkungan. Kedelapan adalah menerapkan teknologi bersih dengan mengubah sikap dan perilaku agar sadar pepohonan dan lingkungan.

Disalin dan diangkat dari buku: Orѐng Madhurã, Keyakinan, Prinsip, dan Potensi Tersembunyinya, penulis Iqbal Nurul Azhar, penerbit LkiS, 2017, hal 37-52

Response (1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.