Orang Malaysia Tertarik Bahasa Madura

Logat asli

Sementara Wakil Kepala bidang Humas SMKN 2 Bondowoso Sri Wahyuningsih mengatakan, dirinya seringkali mengingatkan anak-anak didiknya yang baru pulang magang dari Malaysia karena gemar berlogat Melayu.

“Saya bilang, kalian ini sudah di Indonesia tetapi Ayu dan kawan-kawan ini saya perhatikan tetap dengan logat aslinya,” katanya.

Selain dalam hal bahasa, Ayu, Giovani dan siswa lainnya yang lahir dan besar dalam budaya “pendalungan” atau campuran Madura dengan Jawa ini juga berhasil menularkan cara atau pola makan.

Teman-temannya yang orang Malaysia awalnya juga menganggap aneh dengan cara makan anak-anak Bondowoso itu.

Orang Malaysia menganggap aneh karena nasi dimakan bersama dengan mi sebagai lauk.
“Mungkin karena bahan dasarnya sama-sama beras, mereka menganggap aneh. Tapi setelah mereka mencoba makan nasi dengan mi, akhirnya ketagihan juga. Mereka bilang, enak juga,” katanya.

Ayu dan Giovani sepakat bahwa magang ke negeri orang sangat banyak manfaatnya, baik sebagai pribadi maupun untuk pengembangan keterampilannya di bidang memasak.

“Yang jelas, kami belajar mandiri, karena semua ditangani sendiri, padahal selama ini kami kan berkumpul dengan orang tua. Kalau soal masakan, orang Malaysia suka bumbu pedas campur masam, sedangkan orang Jawa kan pedas sama manis,” kata Ayu.

Menurut dia, di Malaysia tidak ditemukan cobek dan ulekan untuk menghaluskan bumbu. Mereka sudah biasa menggunakan alat blender.

“Mungkin kita bisa ekspor cobek dan ulekan ke Malaysia ya? Tapi jangan sampai cara membuatnya dikasih tahu ke orang Malaysia,” kata Dyah Rembulan Sari, menimpali sambil tertawa.

Sementara Kepala SMKN 2 Bondowoso Lanang Lanang Suprihadi mengatakan bahwa sekolahnya telah menjalin kerja sama dengan restoran dan hotel di Malaysia untuk kepentingan para siswa magang sejak 2007.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.