Paparegan (paparekan ialah semacam puisi pendek yang memakai sampiran. Satu bait terdiri dari empat larik, dua larik sampiran, dan dua larik selanjutnya merupakan isi, dengan pola rima a b a b. contoh sebuah paparegan yang pendek:
Blarak klare
Trebung manyang
Baras mare
Tedhung nyaman
Paparegan yang lebih panjang dari itu yaitu seperti pantun dalam sastra Melayu. Paparegan jenis ini disebut pula kejung, karena ekejungagi, atau dikidungkan. Paparegan banyak digunakan pada pementasan ajing (semacam ludruk), tayuban yang dinyanyikan oleh tandak, dan juga sebagai vokalisasi dari gending-gending gamelan dan saronen. Contohnya sebagai berikut:
Ka gunong ngala’ nyarowan
Kope bella kabadhdha’a
Pekker bingong tak karowan
Nape bula katamba’a
Rima dalam paparegan sangat mendapat perhatian menjaga keindahan bagi pendengaran karena pada pemakaiannya, paparegan tidak termasuk sastra tulis, tetapi sastra untuk dilagukan. Meskipun lua larik terdahulu yang disebut sampiran tidak mengandung isi apa-apa tetapi aspek bunyi selalu memberi keindahan yang menyarankan seakan-akan ada sambungan estetis antara sampiran dengan isi. Antara larik satu dengan larik tiga, dan larik dua dengan larik empat, terjalin benang halus yang dipadukan oleh persamaan bunyi.
Dalam percakapan sehari-hari orang Madura, kerap kali aspek bunyi mengandung tekanan yang tersendiri hingga bisa mengejutkan pendengaran. Seperti duduk tidak sopan dengan membuka dan mengangkat kedua lutut disebut adhadhakkak. Konsonan dh dan k yang diulang mencerminkan pada tekanan gambaran kekurangajaran. Di sinilah sebabnya, mengapa rima dalam papregan serta dalam syair-syair Madura yang lain menjadi sesuatu yang penting. Tentu saja pada prosesnya, kepekaan perasaan menjadi penunjang pula, sehingga lahir puisi paparegan yang seluruhnya tidak diketahui siapa penciptanya.
Selain bunyi perlu juga diperhatikan bahwa sampiran-sampiran dari paparegan itu memberi kita sesuatu yang lain, yaitu bangkitnya imajinasi untuk menangkap alam yang lain yang kadang-kadang imajis dan bahkan surrealistis. Sebagai contoh saya kutipkan beberapa sampiran:
Somor dhalem koro’ kata’
Lente odhi’ erao’a
Sattanangnga esassa’a
Esbbeda noro’ lorong
Kabara’-bara’ arena
Katemor kolare nyangsang
Terjemahan bebasnya:
Sumur dalam digali katak
Lidi muda kan diraut
Sapu tangan akan dicuci
Kan isobek sepanjang jalan
. Kebarat-barat si matahari
Ketimur daun kelapa kering
Tersangkut di pohon lain.
Apabila diperhatikan isi dan tema paparegan ternyata banyak ragamnya. Ada tentang cinta, nasihat, berduka cita, satire, dan sebagainya. Yang bertema cinta dan lukisan kecantikan wanita seperti dikutipkan di bawah ini:
Sapa rowa andhi’ tarnya’
Arum manes e badhdhana
Sapa rowa andhi’ ana’
Ma’ manes bibir babana
Terjemahan bebasnya:
Siapa itu punya bayam
Harum manis dalam tempatnya
Siapa itu punya anak
Sungguh manis bibir bawahnya
Atanea cao jai
Namen temmo bana nangka
Asarea tao bai
me’ta’ nemmo cara dika
Terjemahan bebasnya:
‘Kan bertani cao jahe
Menanam temu di bawah nangka
Akan mencari bisa saja
Takut tak jumpa seperti kau
Ka Tajjan molonga burne
Malthe sandha’ kembangnga
Sanajjan bula mabanne
E ate tadha’ engganna
Terjemahan bebasnya:
Ke Tajjan memetik burnih
Melati pungut bunganya
Meskipun aku acuh tak acuh
(cinta) di hati tak ada batasnya
Dalam pemilihan kata-kata dari paparegan di atas tersirat intensitas yang memadai, sehingga antara isi dan bunyi bisa terpadu, secara utuh. Bahkan adapuisi cinta yang dibangun oleh pengalaman yang sebenarnya sangat sederhana tetapi pengarangnya mampu menampilkan menjadi sesuatu yang menyentuh:
Galudhuk monye eteter
Moga nangka lecangana
Kejjudan mata se kacer
Moga dika rasanana
Terjemahan bebasnya:
Guruh berbunyi berentetan
Semoga nangka menggetahi
Kedutan mata yang kiri
Moga engkau membicarakanku
Paparegan ada juga yang merefleksikan tentang sikap hidup dan akhlak yang mulia:
Namen magi’ tombu sokon
Tabing kerrep bannya’ kalana
Pong-pong gi’odhi’ papadha rokon
Ma’le salamet pola tengkana
Terjemahan bebasnya:
Nanam biji asam tumbuh sukun
Gedek rapat banyak kalanya
Mumpung hidup hendaklah rukun
Agar selamat tingkah lakunya
Ada juga paparegan yang berisi sindiran halus atau sindiran pedas yang memperingatkan agar orang sadar dari hal-hal yang kurang disukai masyarakat. Misalnya:
Mon aodheng ja’ sanggerra’
Etelko’a tolalena
Mon epandheng ja’ agella’
Bule tako’ kalakena
Terjemahan bebasnya:
Kalau berdestar jangan diikat
Akan dilipat belalainya
Kalau dipandang jangan tertawa
Aku takut suamimu
Ngacelleng bigina duwa’
Nompa’ jaran labu napang
Ja’ neng-senneng bine dhuwa’
Panas barang raja otang
Terjemahan bebasnya:
Berhitaman buah duwat
Naik kuda jatuh tertelungkup
Jangan suka beristri dua
Panas harta banyak hutang
Kalau diteliti secara mendalam, khusus masalah paparegan ini saja kira akan menjadi bahan telaah yang sangat berharga. Namun yang tidak kurang pentingnya ialah pendokumentasian seluruh paparegan yang bersebaran di pulau Madura dan mantan keresidenan Besuki, serta kepulauan Kangean, sehingga khazanah kesusastraan Madura lama ini tidak lenyap begitu saja dan agar tidak menyulitkan bagi orang yang mau menelitinya secara ilmiah maupun bagi mereka yang sekedar menikmatinya.
Sampai sekarang paparegan masih disukai banyak orang. Pada beberapa kesenian Madura tradisional, seperti ludruk, topeng, dan lain-lain, kehadiran paparegan bukan hanya sekedar variasi, tetapi memang sudah menjadi kebutuhan, untuk menunjang keberhasilan pementasan.
Paparegan sampai sekarang masih berkembang dengan pesat karena selama digunakan dalam ludruk juga digunakan dalam acara tayuban. Kalau ada orang mengawinkan anaknya didatangkanlah tandha’(pesinden) untuk melayani undangan laki-laki untuk menari bersama-sama. Tandha’ menyanyikan paparegan kadang bergayung sambut dengan nayaga gamelan. Bahkan kadang-kadang ada tamu undangan yang ikut menyanyikan paparegan sambil sindir menyindir dengan tandha’. Paparegan yang digunakan pada tayuban biasanya berupa puisi-puisi cinta, sindiran orang yang berpoligami dan lain-lain. Meskipun puisinya berisi sindiran, tak seorang pun ada yang merasa tersinggung, bahkan suasana terasa akrab dan penuh dengan senyuman. (dzi)
terima kasih atas postinganya, sepertinya membantu saya dalam penelitian budaya madura, saya adalah Mahasiswa yang mendalami ilmu dan Budaya Madura (Madurese studies). dan sepertinya artikel ini sangat membantu.