Rumit memang, pemahaman kita terhadap konfigurasi seni ukir yang ada di kompleks makam. Apalagi di balik konfigurasi seni ukir itu tersimpan simbol misteri yang melambangkan kerukunan antar umat dari tiga agama yang berkembang pada saat itu, yakni Islam, Buddha, dan Hindu. Jika peziarah teliti, simbol kerukunan itu, meski samar, nampak terlihat transparan, sebab di antara hamparan ragam bentuk seni ukir itu, tersisip ukiran bunga teratai yang menyimbolkan ajaran Budha, miniatur Ganesha sebagai simbol Hindu, serta ukiran kaligrafi sebagai simbol Islam. Ketiganya saling bertaut menggambarkan sebuah cerita kerukunan antar umat di Madura pada dulu kala.
Karena itulah sejak masa pemerintahan Panembahan Cakraningrat I pada lima abad yang silam, ajaran tentang pentingnya kerukunan antar umat beragama sangat ditekankan. Khususnya di daerah Bangkalan, Madura.
Sayangnya, ajaran kebaikan tentang keagamaan dan falsafah yang ada di balik keunikan dan kemisterian Pesarean Aermata tak banyak orang tahu. Hal ini dapat dilihat dari datangnya para peziarah yang kebanyakan dari daerah luar Madura dan Pulau Jawa. Inilah tantangan yang harus segera dijawab oleh pemerintahan setempat bekerjasama dengan masyarakat dan para ahli sejarah, untuk terus berupaya maksimal menggali dan menyebarluaskan informasi sejarah yang ada di negeri ini. Seperti sejarah Aermata sendiri.
sumber: http://robertstyn.wordpress.com/