Pekuburan raja-raja Asta Tinggi di Sumenep, terdapat sejumlah nama-nama tokoh besar yang pernah berjaya di Sumenep. Namun demikian banyak orang tidak tahu siapa dan bagaimana perjuangan mereka semasa hidupnya.
Secara fisik dalam pandangan mata komplek pekuburan raja-raja itu, tampak megah dan menawah. Dan didalamnya terdapat sejumlah bangunan dan disitu bersemayam tokoh-tokoh sentral dari Sumenep, selebihnya memang bertebaran kuburan-kuburan di luar cungkup, yang konon semua itu merupakan keluarga dari kerabat bangsawan keturunan raja-raja pada jaman dulu.
Terdapat bangunan cukup menarik yang berlokasi sebelah timur Asta induk di Asta Tinggi, yaitu komplek makam Patih Mangeoendiredja (Mangoen DjoeThirta). Sekilas pintas tidak begitu tampak dari pandangan pintu gerbang depan. Namun sebenarnya untuk menuju arah komplek makam tersebut sebenarnya cukup mudah, sebelum memasuki pintu gerbang pertama menuju asta induk, lalu menuju ke arah kanan, kemudian terdapat jalan setapak dan berjalan menanjak kearah gundukan bebatuan. Dari jarak memandang akan tampak sejumlah makam-makam tua yang ditandai dengan adanya cungkup dari makam tersebut.
Apa keunikan dari makam Patih Mangoen? Kesan artistik tampak memandang bangunan cungkup itu, karena memang punya gaya khas dan unik. Semuanya merupakan garapan sang arsitek memadukan unsur nilai budaya Eropa dalam suatu bangunan. Bila diperhatikan lebih cermat, ornamen-ornamen pada interior makamnyapun juga tampak serba Eropa, begitu pula kuburan yang terbuat dari batu pualam dan nisan terbuat dari batu marmer dengan guratan prasasti yang masih orsinil.
Dalam cungkup tampaknya terdapat tiga kuburan/ makam, satu makam tampak tidak utuh lagi bentuk nya, ditengarai penghuni makam ini adalah keluarga dari Patih Mangoen.
Di luar cungkup juga banyak penghuni-penghuni pengikut setia dari sang patih, disini berjejer makam-makam tua yang kurang lebih ada sekitar tiga puluhan dengan kondisi yang memperhatinkan lantaran rimbunnya rumput-rumput liar yang dibiarkan tumbuh subur tanpa perawatan oleh pihak yang berwenang.
Dibelakang cungkup, terdapat juga bangunan dengan arsitektur yang menarik, yaitu arsitektur tradisional khas bangsawan keraton Sumenep, namun disayangkan,bangunan bagian belakang dari Makam Patih Mangoen ini sudah tak utuh lagi, dan hancur dimakan panas hujan serta ditumbuhi rumput-rumput liar, padahal didalamnya terdapat makam-makam yang tak lain masih ada hubungan erat dengan penguasa Sumenep jaman dulu.
Mengenal Patih Mangoendiredja.
Patih Mangoendiredja adalah Patih Karaton Sungennep pada jaman pemerintahan Panembahan Somala yang bertahta pada tahun 1762-1811. Beliau mangkat tatkala menjalankan tugas kenegaraan dalam mempertahankan wilayah Kadipaten Sumenep dari serangan tentara Inggris yang akan menguasai wilayah Sumenep dari jalur laut. Beliau tewas terbunuh di Benteng Fort Sumenep (Benteng Kalimo’ok) bersama putranya, 3 orang Mantri Karaton dan puluhan prajurit karaton (disarikan dari Songennep Tempo Doeloe)