Setelah peristiwa ini hampir tidak kerajaan goa-tallo semakin tidak berdaya, perjanjian yang dibuat antara bersama VOC lebih banyak menguntungkan pihak asing, di sisi lain kondisi ekonomi yang semakin terpuruk akibat perang yang berkepanjangan, sementara saudagar-saudagar asing pasca perang tidak diperbolehkan menjalin hubungan perdangan dengan makasar. Tentu saja kondisi menjadi masyarakat makasar semakin tertekan, sebagian besar diantara mereka tidak ikhlas menerima perjanjian yang sepihak tidak sedikit diantara mereka yang kemudian meningalkan makasar, dan bergabung dengan pasukan ditempat lain untuk melakukan perlawanan dengan penjajah. madura termasuk salah satu tempat pelarian orang-orang Makasar khususnya di daearah kepulauan. Berdasarkan analisis di atas. Sangat mungkin kedatangan Andang Taruna dan Jaya Pranake Giliyang erat hubungannya dengan tragesi politik Makasar. Kalau memang demikian maka kedatangan mereka ke Giliyang diperkirakan tahun 1669 M, tiga tahun setelah perjanjian bongaya. Dalam catatan sejarah lisan yang berkembang di Giliyang, Andang Taruna dinyatakan bahwa ia di kenal sebagai seorang tabib yang handal, kemampuannya dalam dunia ketabiban udara segar dalam perjalanan dakwahnya , lalu ia dedikasikan potensi itu untuk kepentingan masnyarakat, mengobati orang yang stess atau depresi.
Berkat jasanya inilah tekanan jiwa para pendatang semakin hari semakin hilang, Andang Taruna sebagai pendatang baru memberikan ouse baru dalam kehidupan mereka. Sebagaimana yang telah disebutkan di awal bahwa ia termasuk orang yang ahli dalam masalah pengoban (tabib), mulailah Andang Taruna mengobati mereka dengan berbagai mulai dari tekanan batin sampai pada urusan lahiriyah, berkat jasanya orang-orang yang mendapat tekanan batin tadi sembuh seperti sedia kala hingga mereka menjadi pengikut setia Andang Taruna.
Setelah era ini banyak masyarakat timur berasal dari Bugis-Makasar hijrah ke Giliyang untuk menjumpai andang taruna dan jaya perana, barangkali selain tujuan bersilaturrahim, kehijrahan mereka dari kampung halaman disebabkan kondisi sosial yang tidak lagi bersahabat tekanan politik-imprealis yang tidak mereka sukai lebih memlih untuk hijrah dari pada tunduk kepada penjajah asing, terbukti pasca silaturrahim ini orang-orang bugis-makasar yang hijrah ke Giliyangtidak kembali lagi ke kampung halaman mereka, mereka lebih memlih tempat baru, memluai kehidupan baru di Giliyang pasca wafatnya Andang Taruna sekitar tahun 1672, tiga tahum setelah pembabatan Giliyang.
Tulisan serumpun: