Dampaknya Terhadap Republik
Pulaunya tidak begitu subur, dan pada mulanya hanya mempunyai nilai ekonomi yang kecil bagi Belanda / VQC. Pada masa itu banyak orang yang melakukan migrasi besar -besaran ke Jawa Timur dalam rangka mencari kehidupan yang lebih baik. Madura merupakan sumber prajurit kolonial dan menjadi harapan bagi Belanda, hal ini tercermin pada awal abad XVII hingga pertengahan abad XVIII. Namun setelah abad XIX, Madura mempunyai nilai ekonomi yang lebih besar sebagai pemasok utama garam ke daerah-daerah yang dikuasai Belanda diseluruh Nusantara, dimana garam merupakan monopoli yang menguntungkan bagi Pemerintah Kolonial ( Ricklefs: 202).
Dalam perjalanan sejarahnya, Madura mempunyai keterlibatan yang panjang dengan Belanda. Hal ini bukannya terjadi karena kepentingan langsung Belanda di Madura, tetapi lebih dikarenakan keterlibatan orang -orang Madura di Jawa Timur mulai abad XVII dan seterusnya. Keinginan menjadi daerah dengan kekuasan luas dan lepas dari kekuasaan raja -raja Mataram di Jawa memotivasi penguasa di Madura untuk tidak mudah tunduk pada Raja Mataram. [/junkie-alert]
Madura yang mulanya dikuasai oleh raja -raja lokal ditaklukkan oleh Raja Mataram, Sultan Agung pada tahun 1624. Akibat taklukan itu, pemerintahan di Pulau Madura dipersatukan dibawah satu orang yang berasal dari garis kepangeranan Madura. Ibu kota Madura saat itu adalah Sampang, Para Pangeran ini setelah tahun 1678 menggunakan nama Cakraningrat yang kelak memainkan peranan politik penting di Jawa Timur hingga pertengahan awal abad XVIII ( Ricklefs: 66 -67 ).