Budiaribowo *)
Madura adalah nama pulau yang terletak di sebelah timur laut Jawa Timur. Pulau Madura besarnya kurang lebih 5.250 km2 (lebih kecil daripada pulau Bali) dan saat ini memiliki 4 buah kabupaten yaitu : Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep.
Pada tahun 1624 Sultan Agung menaklukkan pulau Madura. Raden Prasena, salah seorang bangsawan Madura, ditawan dan dibawa ke Mataram. Karena ketampanan dan kelakuannya yang baik, Sultan Agung menyukai Raden Prasena. Ia kemudian diangkat menjadi menantu dan dijadikan penguasa bawahan Mataram untuk wilayah Madura Barat, dengan gelar Panembahan Cakraningrat atau Cakraningrat I. Cakraningrat I lebih banyak berada di Mataram daripada memerintah di Madura. Anak Cakraningrat I dari selir, bernama Raden Demang Melayakusuma, menjalankan pemerintahan sehari-hari di Madura Barat. Mereka berdua sekaligus juga menjadi panglima perang bagi Mataram.
Raden Demang Melayakusuma memiliki putra yang bernama Trunojoyo yang kemudian memimpin pemberontakan Madura atas Mataram.
Pada tahun 1656, Pangeran Alit, adik Amangkurat I, melakukan pemberontakan. Cakraningrat I dan Demang Melayakusuma diutus untuk memadamkan pemberontakan berhasil dalam tugasnya, akan tetapi keduanya tewas dan dimakamkan di pemakaman Mataram di Imogiri. Penguasaan Madura kemudian dipegang oleh Raden Undagan, adik Melayakusuma yang kemudian bergelar Panembahan Cakraningrat II. Sebagaimana ayahnya, Cakraningrat II juga lebih banyak berada di Mataram daripada memerintah di Madura.
Setelah ayahnya wafat, Trunojoyo tinggal dengan pamannya yaitu Cakraningrat II. Pada saat dewasa ia memiliki hubungan rahasia dengan putri pamannya yang menyebabkan jiwanya terancam. Karena itu ia pergi meninggalkan keraton dan kemudian tidak berapa lama ia diterima sebagai mantu oleh Raden Kajoran Ambalik.
Pada tahun 1670, terjadi perselisihan di Kesultanan Mataram antara Sultan Amangkurat I dengan putra mahkotanya, Adipati Anom. Namun Adipati Anom tidak berani memberontak secara terang-terangan. Diam-diam ia meminta bantuan Raden Kajoran alias Panembahan Rama, yang merupakan ulama dan termasuk kerabat istana Mataram. Raden Kajoran kemudian memperkenalkan menantunya, yaitu Trunojoyo putra Raden Demang Melayakusuma sebagai alat pemberontakan Adipati Anom.