Pada acara inti pertandingan silat Ghul-Ghul, terkadang ada beberapa pesilat dari perkumpulan lain mengambil bagian memamerkan kemahirannya bermain silat. Walaupun dalam posisi bertanding, para petanding lebih mengutamakan nilai-nilai persahabatan dan persaudaraan. Sehingga kehebatan dan kepiawaian dalam menguasai berbagai gaya ilmu silat, hanya dipamerkan dalam bentuk gerakan-gerakan tanpa menciderai lawan tanding, karena pertandingan tersebut tidak bertujuan mencari pemenang.
Silat Ghul-Ghul merupakan sebuah media menjalin tali ukhuwah Islamiyah. Maka tidak mengherankan perkumpulan-perkumpulan yang ada di setiap desa sering mengadakan pertunjukan bersama atau saling mengundang. Di samping itu silat Ghul-Ghul sering dipentaskan apabila merayakan hari-hari besar Islam ataupun diundang dalam acara hajatan.
Adapun pakaian yang dikenakan oleh para pesilat biasanya memakai seragam satu warna, yaitu hitam-hitam atau putih-putih. Dengan model baju longgar, celana longgar serta aksesoris lain seperti ikat kepala. Untuk para penabuh pakaian yang dikenakan berwarna hitam-hitam, celana sebatas lutut (komprang), dipadu kaos bergaris (warna merah-putih), dengan aksesoris lainnya, pemakaian odheng serta kain ikat di bagian pinggang.
Sebagai Sarana Silaturahmi
Konon kabarnya, dekade tahun 60-an sampai dengan 70-an, perkumpulan-perkumpulan silat Ghul-Ghul hampir merata ada di setiap desa dalam wilayah kecamatan Guluk-Guluk. Perkumpulan-perkumpulan tersebut biasanya dipimpin oleh seorang jawara (guru silat) yang mumpuni dan kondang.
Di tempat perkumpulan itulah, para pesilat muda digodok mempelajari jurus-jurus silat dan media arisan digunakan sebagai tali pengikat antar sesama anggota. Pertemuan rutin diadakan setiap setengah bulanan atau setiap bulan sekali. Dalam pertemuan tersebut diperagakan keahlian dan kepandaian pesilat muda, sekaligus sebagai arena untuk menguji sejauh mana pesilat muda mampu menyerap ilmu yang disampaikan oleh sang guru.
Saat ini komunitas pencinta Pencak Silat Ghul-Ghul hanya tinggal hitungan jari. Untuk pelestariannya, para jawara (jago) senior mulai merekrut kaum muda untuk mempelajari serta menggeluti seni bela diri ini. Sehingga tidaklah mengherankan, kalau atraksi ini masih dapat disaksikan ketika ada hajatan, ataupun saat-saat gebyar meriah memperingati hari besar Nasional, tujuh-belasan.
Dalam acara tersebut biasanya para jagoan, baik secara individu maupun kelompok turun gunung memamerkan ketangkasan, kelincahan, kegesitan sekaligus kelenturan, keindahan gerakan dalam satu arena. Menjadi komoditas tontonan yang sangat apik, menarik dan memikat. (Lilik Rosida Irmawati/foto-foto: M. Faizi)
keliru jika anggapan anda gulat bawean tidak bahaya hanya cuma hiasan menari saja, tampa ilmu dan tehnik gulat, orang yg ngomong seperti ini blom faham teknik pencak gulat bawean, padahal sebetul nya ada kekuatan dan tehnik masing masing yg di lontarkan, cuma ini rahasia orang bawean yg faham.
Dalam pencak silat (dari mana pun asalnya) mengarah pada teknik permainan (sebut: perkelahian). Namun pada silat Ghul-ghul cenderung menonjolkan gerak (tari) yang dalam perkumpulan silat Madura disebut “kembhângan” yakni gerak keindahan
Wah, ini sangat informatif. Terima kasih sudah menulis ini