Prosesi dan ritual penjamasan keris leluhur Aeng Tong-Tong dan pusaka keraton Sumenep berlangsung sakral, Minggu (1/10/2017). Penyucian 14 pusaka tersebut dilakukan oleh sesepuh Desa Aeng Tong-Tong, Kecamatan Saronggi, Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Ritual pembersihan pusaka ini digelar secara tertutup di komplek Bujuk Agung dan disaksikan langsung oleh Bupati dan Wakil Bupati serta Kapolres, Dandim 0827 para tokoh, keluarga bangsawan keraton Sumenep serta masyarakat setempat.
“Penjamasan delapan keris ini sebagai bentuk penghormatan dan rasa syukur kami. Tujuh pusaka asli warisan leluhur Aeng Tong-Tong dan satu pusaka dari keraton Sumenep,” jelas ketua Panitia Penjamasan, Wawan Novianto.
Alumnus UM Jogjakarta itu menuturkan, sebagai penerus para leluhur menjadi sebuah kewajiban untuk menjaga dan melestarikan keberadaan pusaka-pusaka peninggalan tersebut. Terlebih, keris adalah budaya bangsa dan warisan dunia dari Indonesia yang mendapat pengakuan UNESCO.
“Sumenep menjadi pusat peradaban pusaka dan telah ditetapkan sebagai kota keris,” ucapnya.
Menurutnya, tidak dapat dipungkiri perkembangan zaman sangat mempengarungi kelestarian benda pusaka yang memiliki nilai sejarah. Namun, hal itu justu menjadi tantangan tersediri untuk tetap konsisten mempertahankan benda-benda keramat tersebut.
Bupati Sumenep, A Busyro Karim, pada acara tersebut menyatakan, ritual Penjamasan merupakan ritual tahunan pembersihan pusaka milik warga dan Pusaka Keraton Sumenep.
“Keberadaan keris atau pusaka lainnya yang dihasilkan oleh para pengrajin atau empu Aeng Tongtong sudah dikenal dari masa ke masa,” ungkapnya.
“Pada saat kerajaan Sumenep berjaya hingga memiliki 35 raja, pusaka keris Aeng Tongtong menjadi andalannya. Para raja saat itu sudah ada komunikasi dengan empu di sini,” katanya saat menyampaikan sambutan pada acara jamas keris.
Bahkan, para raja tidak sedikit memesan keris dari yang dihasilkan para empu keris Aeng Tontong. “Bayangkan, Sumenep saat ini sudah berusia 748 tahun,” ujarnya.