Semenjak kepergian sang kakak Jaya Pranalah yang meneruskan kepemimpinannya di Giliyang membingbing dan menganyomi masyarakat dengan baik sebagaimana yang telah dicontohkan oleh kakak kandungnya andang taruna, lama kelamaan ia mulai mempunyai keinginan untuk mengembara, banar..!!! ia lalu berjalan ke balambangan dan kerajaan lainnya mengikuti kata hatinya, baru setelah di rasa ajal mulai dekat ia kembali lagi ke Giliyangdan wafat di Giliyang. Kuburannya sekarang ada di daerah coet desa bancamara , karena usia zaman yang mulai tua dan tidak terawat burannya di makan waktu.
Giliyang Dimasa Kepemimpinan Ju’ Rabuna
Setelah Jaya Pranawafat kepemimpinan selanjutnya dipimpin oleh ju’rabuna. Mengenai asal muasal Ju’ Rabuna ,terdapat dua pendapat
Pendapat pertama mengatakan bahwa ju’rabuna berasal dari makasar, alasan tersebut disadarkan dengan kata rabuna ( red: madura datang) ju’ berarti juju’ orang yang dituakan dengan demikian menurut pendapat ini ju’ rabuna bukan asli masyarakat Giliyang.
Pendangan kedua mengatakan bahwa Ju’ Rubuna adalah orang Giliyang asli, pendapat ini disandarkan pada beberapa anggapan masyarakat bahwa Ju’ Rabuna adalah orang tua dari Ju’ Lenang sedangkan orang tua dari Ju’ Lenang adalah Ju’ Zamzam. Sedangkan penamaan Ju’ Rabuna menurut pendapat yang kedua, bukan nama aslinya, nama daging dari Ju’ Rabuna adalah Ju’Zamzam. kedua pendapat sama-sama kuat, tetapi memulut hasil korektivitas data agaknya pendapat pertamalah yang mendekati kebenaran dengan asumsi bahwa Ju’ Zamzam adalah orang pendatang yang kemudian berdemosili dike Giliyangserta menjadi murid atau abdi dari kedua pembabatan tadi, pendapat ini dikuatkan dengan datangnya berbagai rombangan untuk bersilaturahim ke Giliyang, lalu mereka menetap di Giliyang sampai akhir hayatnya.
Selanjutnya orang Bugis Makasar pasta pembukaan pertama oleh Andang Taruna banyak yang datang ke Giliyang salah satulah adalah Maulana Ishaq (se toan) yang kuburannya sekarang berada di desa banra’as, penyebutan Toan atau Ju’ istilah yang spesifik di Madura yang disematkan kepada mereka yang tua dan berilmu tinggi khususnya era awal Giliyang, dari pertimbangan yang telah penulis bentangkan barusan dapat dikatakan bahwa ju’zamzam adalah pendatang dari kota Makasar dimana ia memilih untuk berdomilisi di Giliyang dalam rangka menyiarkan agama Islam.