Pada masa Ju’zamzam ini telah banyak masyarakat luar hijrah ke Giliyang termasuk dari Makasar dan Sumenep, mereka menetap di Giliyang sampai akhir hayatnya. Data faktual yang dapat dijadikan sandaran adalah adanya pemakaman yang sangat besar di daerah legun, ujung utara pulau Giliyang, era tahun 1998 kuburan orang-orang Makasar banyak di tempat ini, tetapi setelah lama tidak terawat, kuburan-kuburan tersebut lenyap ditelan badai gelombang besar pinggir pantai ( red: madura bharat).
Perlu diingat, walaupun banyak masyarakat yang datang kondisi Giliyang sebagian besar masih berupa hutan rimba, pembabatannya masih belum setelah setelah massif sampai datangnya daeng karaeng mushalleh pada pertengahan abad ketujuh belas yaitu sekitar tahun 1765 pembabatan dapat dilakukan secara massif dan sempurna.
Tulisan serumpun: