Keraton Mataram Mengirim Panglima Juru Kiting Untuk Menaklukkan Madura
Untuk membalas kekalahan itu, Sultan Agung memerintahkan kepada panglima perang yang sudah berusia lanjut bernama Panglima Juru Kiting. Panglima Juru Kiting terkenal dengan julukan Macan Mataram. Panglima Juru Kiting memang secara fisik sudah tua namun kemampuannya dalam menghadapi musuh masih bisa diandalkan.
Dalam peristiwa penyerangan Madura itu Juru Kiting tidak kenal ampun. Sengaja beliau dikirim bersama ribuan pasukan Mataram. Pasukan perang Mataram dibawah pimpinan Panglima Juru Kiting bergabung dengan sisa-sisa pasukan Mataram yang berada di tengah lautan untuk menaklukkan Madura.
Pada tahun 1624, Panglima Juru Kiting bersama pasukannya mendarat di pantai Madura Barat. Meraka akan membalas kematian rekan-rekannya yang gugur pada tahun 1923. Untuk itu, ia tidak langsung melakukan serangan. Panglima Juru Kiting menyebarkan mata-mata terlebih dulu. Pada saat itu, pasukan Madura yang semula bersatu, ternyata menjaga daerahnya masing-masing sehingga Panglima Juru Kiting lebih mudah menghadapi mereka.
Pada artikel sebelumnya telah diceritakan awal mula serangan Kerajaan Mataram ke Madura. Dalam pertempuran yang dahsyat di Madura barat, kedua pihak mengalami banyak kerugian, baik jiwa maupun harta. Akhirnya, serangan pasukan Mataram yang kekuatannya berlipat ganda itu tidak dapat ditahan oleh pasukan Madura barat. Adipati Mlojo terbunuh di medan perang. Adipati Blega melarikan diri tetapi kemudian ia tertangkap pasukan Mataram dan dibunuh di Jurang Rejo. Pangeran Mas Raja di Arosbaya melarikan diri ke Bantam. Oleh Sultan Bantam, ia diserahkan kepada Sultan Agung di Mataram kemudian dibunuh.
Pasukan Sumenep mempertahankan diri dengan keberanian yang tiada tandingannya. Karena musuh yang dihadapinya itu sangat besar, maka banyak pasukannya yang gugur. Untuk mensiasati keadaan ini, Raja Sumenep Raden Abdullah yang bergelar Pangeran Cokronegoro I, yaitu menantu Pangeran Ronggosukowati, pergi melaporkan kepada Sultan Demak. Namun malang nasibnya, sesampai di Palakaran Sampang, Pangeran Cokronegoro I ditangkap dan dibunuh oleh pasukan Mataram.
Sedangkan Raden Bugan, yaitu putranya yang masih berumur 3 tahun sempat dilarikan dan kemudian diserahkan kepada Sultan Cirebon oleh pengikutnya. Raden Bugan dikirimkan ke Mataram untuk diberi pelajaran adat istiadat keraton. Pada akhirnya, Raden Bugan diperintahkan ke Sumenep untuk menduduki jabatan Bupati disana.