Untuk memperoleh pemahaman mengenai metafisika substansi yang substansionalistik, penulis hanya mengambil pemikiran seorang tokoh yang hidup pada abad Kuno, yaitu Aristoteles. Secara garis besar ia menerima pendapat bahwa ada suatu lapisan kenyataan yang paling dasar, dapat berdiri sendiri dan bersifat tetap, yaitu substansi.
Aristoteles menegaskan bahwa persoalan tentang apakah substansi itu identik dengan persoalan tentang apakah “Ada” itu. Dalam ajarannya tentang kategori, Aristoteles mengadakan distingsi antara “Ada” yang substansial dan “Ada” yang non-substansial. Dalam “kapasitasnya” sebagai “Ada” yang substansial, substansi dapat berdiri sendiri, dapat menerima keteranganketerangan.
Sedangkan dirinya sendiri tidak dapat ditambahkan sebagai keterangan pada sesuatu yang lain. Pada konteks ini substansi disebut sebagai subjek untuk kategori yang lain.
Aristoteles berpendapat bahwa apa yang sungguh-sungguh nyata adalah substansi konkrit dan individual, yaitu kesatuan materi dengan bentuk. Ia dapat ditunjuk dengan kata “itu” dan “ini”. Secara skematis antara substansi dengan aksidensi sebenarnya sudah nampak adanya unsur relasi. Kategori-kategori sebenarnya mengatakan sesuatu mengenai bagaimana hubungan antara benda yang satu dengan benda yang lain.
Akan tetapi, relasi tetap dipahami sebagai aksidensi-substansi, karena substansilah yang paling penting. Oleh karenanya ajaran Aristoteles tentang substansi lebih menekankan pada aspek statisme. Hal ini bisa dipahami mengingat bahwa perubahan atau dinamika yang terjadi bukan pada substansi itu sendiri, tetapi terbatas pada aksidensi.
Dengan demikian konsep substansi dalam ajaran Aristoteles dapatlah disimpulkan bahwa substansi dapat berdiri sendiri, dapat ditunjuk dengan kata “ini” atau ”itu” (konkret individual) dan bersifat statis (Joko Siswanto, 1995: 192-193).
Artikel bersambung:
- Refleksi Metafisis Atas Makna Substantif Carok dalam Budaya Madura
- Tradisi Carok Sebagai Substansi yang Relasionalistik
- Aspek Transendensi dan Imanensi Dalam Tradisi Carok
- Perbincangan Kritis Atas Tradisi Carok
- Tradisi Carok Sebagai Substansi Substansionalistik
Sumber: Jurnal Filsafat, Desember 2003, Jilid 35, Nomor 3