Tradisi ini juga menyebabkan masyarakat kelas menengah ke bawah mendapatkan kesulitan sebab sebagian masyarakat kalangan elit, terkadang juga dengan sengaja memberikan cecce’an, yakni pemberian soghuen yang harus dikembalikan. Pada saat menerima dia akan tersenyum, tetapi segera akan menagis pada malam harinya karena sulit untuk bisa mengembalikan cecce’an yang sudah terlanjur diterima. Sebagian masyarakat kelas menengah ke bawah sudah sering mengingatkan pada kalangan elit untuk tida memberikan cecce’an, tetapi karena untuk gengs sosialnya masih tetap melaksanaan cecce’an itu.
[1]Aminah, “IPAMA dan Pergeseran Maknah Walimah Pernikahan,” Skripsi (Malang: Fakultas Syari’ah UIN Malang, 2007).
[2]Bapemas, Daftar isian Potensi Kelurahan dan Tingkat Perkembangan Kelurahan, tahun 2006.
[3]Titik Insyiroh, “Tradisi Siaran Bawaan pada Pesta Pernikahan: Kasus di Desa Curah Kalak Kec. Jangkar Kab. Situbondo,” Skripsi ((Malang: Fakultas Syari’ah UIN Malang, 2006).
sumber: http://syariah.uin-malang.ac.id/
makasi atas infonya